Mohon tunggu...
Yopi Pranoto
Yopi Pranoto Mohon Tunggu... -

Saat sekarang ini, saya masih menjadi mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Riau. Kini, aktif menyibukkan diri mengawal kasus Korupsi yang ada di Riau.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekuasaan (Itu) Cendrung Korup!

25 Mei 2013   22:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:01 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NEGARA ini (Indonesia) bisa kacau: kalau korupsinya semakin meningkat terus. Sama halnya penyakit yang paling ditakuti: Flu burung dan HIV AIDS. Ibarat sebuah tubuh, Indonesia juga terjangkiti penyakit amat parah “korupsi”. Jadi wajar memang, akibat prilaku korup para pejabat: Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya ini tetap menyisakan jutaan rakyat miskin. Ironis. Permasalahanya simple aja, sampai kapanpun kalau trend kekuasaan ala “Orba” yang korup (itu), di imitasi (ditiru) oleh para pejabat era reformasi saat ini maka Indonesia ya akan tercemplung kedalam jurang kegagalan.

Namun, faktanya juga mengejutkan: kekuasaan cendrung bertingkah laku korup. Orang yang mempunyai jabatan atau kedudukan dalam pemerintahan justru mempunyai peluang besar untuk melakukan tindakan korup. Bagaimana tidak mungkin, rata-rata para pejabat elit di negeri ini ya memanfaatkan “kekuasaan” itu sendiri. Artinya, orang yang berkuasa dalam  hal ini juga berkuasa untuk mengatur segalanya. Ada yang Sampai mengatur skenario pelemahan wewenang lembaga KPK. Ada juga yang mengatur bagaimana caranya terbebas dari jeratan korupsi. Contohnya saja: ketika lembaga anti rasuah ini berdiri, suara-suara untuk pembubaran KPK sangat terdengar kencang. Lucunya malahan ada oknum yang sampai melawanya secara terbuka. Ini jelas kedengaranya sangat tidak wajar. Saya sendiri pun berpendapat kalau bisa koruptor di hukum mati saja. Tapi tenyata masih terdapat sekelompok orang yang risih dengan upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK. Lembaga KPK memang bukan panglima, tapi dukungan itu perlu kita berikan. Walaupun ada opini publik yang mengatakan: KPK berat sebelah. Lembaga KPK sendiri seharusnya bisa menjelaskan ke publik mengapa penuntasan kasus korupsi yang dilakukan oleh orang ini dan orang itu maupun partai A atau B berbeda cara penangananya.

Sekali lagi Misteri Century: masih ngambang di tengah lautan. Ketika itu Abraham Samad, pasca terpilih menjadi ketua KPK pernah berjanji akan menuntaskan skandal kasus Century dalam waktu setahun. Namun janji itu hilang ditelan ketakutan. Kabar santernya, kasus Century ini melibatkan petinggi dari Ring satu dan dua di negeri ini. Pertanyaanya, seorang patih mana yang berani menyentuh sang raja? Saya pikir, misalkan Abraham jentelman, tidak perlu menunggu waktu sampai satu tahun. Satu bulanpun bisa selesai menuntaskan skandal Bank Century.

Kini, masyarakat bertanya-tanya: sampai kapan negeri ini di rundung hujan korupsi? Buat para penegak hukum mari tuntaskan kejahatan korupsi. Rasa keadilan merupakan pokok  dari cita-cita hukum. Maka demi keadilan itu sendiri, sejatinya masyarakat harus turun bersama guna mengawal dan mengawasi tindakan korupsi. Ingat, korupsi merupakan kejahatan luar biasa. Oleh karena itu perlu diberikan efek jera untuk mengatasinya. Masyarakat jangan hanya berani “main hakim” sendiri terhadap orang yang melakukan copet ataupun maling motor. Namun, masyarakat juga harus berani “mengeroyok” para koruptor yang memakan uang rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun