Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Kak Cut di Sekolah

17 Desember 2020   11:49 Diperbarui: 17 Desember 2020   12:00 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala Kendaraan kami melewati bagian belakang gedung baru Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Zainoel Abidin di Jalan Kakap V atau secara resmi disebut Jalan Dr. Syarif Thayeb, Lampriet Banda Aceh, istri saya mengenang masa-masa ia menempuh pendidikan medis di sana baik ketika sekolah menengah keperawatan dan diploma kebidanan.

Memori yang sangat diingat oleh ia dan teman-temannya adalah cerita dan penampakan hantu Kak Cut yang bergentayangan di sana. Ini pula yang membuat ia susah tidur di malam hari kala masih tinggal di asrama sekolah.

Dikisahkan, beberapa tahun setelah Sekolah Perawat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (SPK Depkes RI) berdiri. Pada tahun 1980-an, terdaftar seorang siswi dengan nama depan Cut. Sejatinya Cut adalah gelar untuk wanita Aceh berdarah biru atau keturunan bangsawan Aceh dari kalangan wanita. Demikian pula laki-laki yang diberi gelar Teuku. Nama sebenarnya disematkan di belakang gelar Cut/Teuku. Namun, lazimnya kita di Indonesia yang memanggil orang hanya menggunakan nama depan, jadilah nama lengkap Cut tidak diketahui hingga kini.

Siswa-siswi SPK mendapat jatah libur di Sabtu sore dan hari Minggu. Siswa-siswi yang berdomisili di Kotamadya Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar memilih pulang ke rumah orang tuanya sementara mereka yang berasal dari daerah tetap tinggal di asrama atau jalan-jalan di seputaran Banda Aceh. Ada pula keluarga yang menjenguk putra-putrinya selama libur akhir pekan di asrama sekolah. Terkadang istri saya mendapati, kalau asrama kerap sepi dan kosong di hari Minggu karena siswa-siswi dari daerah berplesiran ke kota atau ke pantai.

Suatu ketika di hari minggu, seorang laki-laki yang diduga pacar dari Cut mengunjunginya di asrama. Mereka mengobrol di ruang tamu asrama. Di tengah kunjungan terjadi percekcokan antar keduanya. Terbawa emosi, laki-laki tersebut mencekik leher Cut. Naas bagi Cut, ia yang kehabisan nafas kemudian meninggal dunia.

Sang pacar panik dan segera meninggalkan Cut. Saat melarikan diri, ia melihat sumur di belakang asrama putri. Cut yang telah meninggal dibopong ke sumur, jenazahnya lalu dimasukkan ke dalam sumur. Beberapa hari kemudian, menjelang Shubuh seorang siswi menimba air untuk persiapan mandi. 

Ia mendapati timbanya seperti menyentuh sesuatu di dalam sumur. Ketika lampu senter diarahkan ke dalam sumur. Ia berteriak histeris kala menemukan sesosok tubuh mengapung di permukaan air di dalam sumur. Itulah Cut, teman seangkatannya yang dalam beberapa hari terakhir absen tanpa kabar di kelas dan kini ditemukan telah meninggal dunia.

Cut termasuk siswi berprestasi di SPK. Almarhumah Cut bercita-cita menjadi dokter. Selepas menamatkan SPK, kepada teman-temannya Cut mengutarakan niatnya untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Karena kekhususannya di bidang kesehatan, kala itu SPK menjadi sekolah favorit di Aceh. Jenjang pendidikan SPK setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, untuk dapat diterima belajar di SPK, calon siswa harus melewati serangkaian tes masuk yang ketat. Inilah mengapa siswa-siswi SPK memiliki intelegensia tinggi di samping keterampilan medis yang mumpuni. Banyak alumninya yang kini telah menjadi dokter spesialis senior, bidan serta advisor perawat pada rumah sakit yang tersebar di Aceh.

Beberapa hari setelah Cut dikebumikan, Cut yang seyogyanya telah meninggal dunia kerap menampakkan diri. Ia sering terlihat di depan bekas kamarnya di lantai dua asrama putri.  Terkadang memojok di lantai dua dan ruang tamu. Terkadang pula melayang dan duduk di atas atap asrama. Ia juga terlihat duduk di kelas sendiri di malam hari.

Masih di malam hari, teman-temannya juga kerap melihat penampakan Cut dengan baju dinas perawat di RSU lama yang berlokasi di seberang timur laut gedung baru. Sebelumya diceritakan bahwa Cut dikenal sebagai siswi pintar dan bertekad mengabdi sebagai petugas medis. Boleh jadi motivasi ini yang membuat Cut memilih untuk terus berada di dunia kita. 

Tahun demi tahun berganti, angkatan demi angkatan berlalu. Cut yang masih kerap menampakkan wujudnya kemudian disebut "Kak Cut" oleh adik-adik kelas. Istri saya dan teman-temannya beberapa kali melihat penampakan Kak Cut di asrama. Bahkan ketika tidur malam, ia merasa tubuhnya seperti ditindih oleh Kak Cut.

Untuk pergi ke sumur, ia atau teman-temannya mengajak teman-teman lain secara beramai-ramai. Wujudnya terlihat mengenakan gaun putih dengan rambut terurai panjang, berwajah putih pucat, selingkaran mata berwarna hitam. Saat duduk di atap asrama, pandangannya mengarah ke RSU lama. Kala itu gedung RSU baru belum dibangun.

Petugas keamanan sekolah kerap melihat Kak Cut yang berjalan sendirian di malam hari kemudian memasuki kelas melalui dinding. Para guru juga pernah melihat Kak Cut melayang tembus ke dinding. Mereka juga melihat Kak Cut duduk pada bangku di halaman sekolah dan di lapangan voli. Pada petang hari kerap terdengar derap langkah khas siswi SPK pada lorong di dalam gedung sekolah. Selain diajarkan keterampilan medis, istri saya mengatakan kalau mereka juga diajarkan cara berjalan.

Pada tahun 2000, SPK beralih menjadi Politeknik Kesehatan Depkes RI dengan salah satu akademi yang dikelola yaitu Akademi Kebidanan menempati bekas gedung SPK berikut asrama di Lampriet. Pada tahun 2013, RSU baru mengalami perluasan ke belakang. Gedung Akademi Kebidanan dan asrama yang berlokasi di belakang RSU baru diruntuhkan. Di lahan bekas sekolah dan asrama dibangun ruang perawatan dan instalasi medis lainnya.

Suatu ketika, seorang kolega saya dirawat di ruang inap yang berlokasi di belakang RSU baru. Ketika kami berjalan ke belakang, istri saya mengenang bekas sekolahnya di sini. Saya bertanya di mana persisnya lokasi asrama serta sumur tempat Kak Cut dibuang. Lokasi asrama tersebut kini telah menjadi ruang rawat penyakit dalam pria dan wanita, ruang rawat VIP, ruang rawat bedah serta beberapa ruang rawat umum. Sumurnya telah ditutup dan kini beralih menjadi tempat parkir belakang.

Teman-temannya yang berdinas di RSU baru ini masih melihat penampakan Kak Cut. Terkadang terlihat berjalan menembusi ruang demi ruang. Terkadang duduk di taman belakang dekat tempat parkir di bekas sumur asrama putri.

Zaman telah berganti. Namun, motivasi Kak Cut untuk mengabdi sebagai petugas medis tidak tergantikan. Semoga tenang di alam sana Kak Cut, Allahhummaghfir lahaa ...

Penulis: Yopi Ilhamsyah, Warga Aceh Besar.

 Note: Tulisan ini diangkat dari kisah nyata. Penulis tidak bermaksud untuk memojokkan/menyudutkan wanita bernama Cut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun