Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penunggu Jembatan Lambaro

25 September 2020   13:02 Diperbarui: 25 September 2020   13:04 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian wanita kerasukan sebagaimana diceritakan sebelumnya terjadi pada medio 90-an. Wanita tersebut adalah kakak ipar saya dan cerita ini dituturkan oleh istri saya. Selepas dirajah, makhluk tersebut keluar sambil melepas lengkingan tawa dan kakak ipar pun pingsan.

Setelah siuman ia bertanya apa yang telah terjadi, orang-orang di rumah bercerita bahwa ia kerasukan jin dari Jembatan Lambaro. Kakak ipar mengaku bahwa ia termenung di sepanjang jalan pulang menuju rumah kala dibonceng oleh suaminya. Tatkala melewati Jembatan Lambaro, ia seketika menjadi takut saat mengamati suasana di sekitar jembatan yang gelap gulita.   

Masa konflik di Aceh pada tahun 90-an, kerap terjadi penculikan dan penembakan misterius. Mayat-mayat korban pembunuhan dibuang begitu saja di pinggir jalan raya. Banyak pula yang dibuang ke sungai. Boleh jadi seorang diantaranya yang telah berwujud makhluk halus merasuki kakak ipar dan mengungkap identitasnya sendiri sebagai korban pembunuhan di masa konflik. 

Peringatan warga pada tembok di kolong Jembatan Lambaro (Dokumen Pribadi)
Peringatan warga pada tembok di kolong Jembatan Lambaro (Dokumen Pribadi)

Suatu hari, saya melewati Jembatan Lambaro dan teringat dengan kejadian yang menimpa kakak ipar. Sesampai di ujung barat jembatan, saya berbelok ke kiri memasuki jalan kecil. Saya memberhentikan sepeda motor dan berjalan kaki menyusuri bantaran Krueng Aceh. Bantaran sungai dipenuhi ilalang, pohon pisang dan pepohonan rimbun lainnya.

Saya mendapati larangan untuk berada di jembatan pada malam hari. Larangan ini berupa ilustrasi pocong dan kuntilanak berikut tulisan peringatan "Dilarang Masuk Kawasan Berbahaya!" yang digambarkan oleh warga di tembok jembatan. 

Saya memasuki kolong jembatan dan menemukan suasana gelap dan sepi. Seketika bulu kuduk berdiri saat mendengar desiran angin, saya pun berlari meninggalkan Jembatan Lambaro sembari mengingat korban mutilasi yang dibuang ke sungai ini.

Dahulu, kejadian kerasukan acapkali menimpa keluarga istri saya. Pernah pula terjadi pada ibu mertua selain dua orang kakak ipar. Kami tinggal di pedalaman Aceh Besar di mana mitos tentang kuntilanak Pocut Siti begitu melegenda. Nantikan kisah nyata saya selanjutnya.

Note: Tukang Meurajah adalah semacam dukun di Aceh atau tabib yang mengobati orang kerasukan dengan membacakan doa yang berisikan ayat-ayat-ayat Al-Quran.

(Penulis: Yopi Ilhamsyah, Warga Aceh Besar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun