Seekor reptil bertubuh besar yang hidup di air. Iya, hidup di air. Hanya hidup di air. Bilamana anda temukan buaya hidup di darat, itu namanya buaya darat.Â
Dulu. Dulu sekali buaya adalah hewan karnivora atau pemakan daging. Namun, sejak buaya naik ke darat dan berubah menjadi buaya darat, dikisahkan bahwa buaya tak lagi makan daging. Buaya-buaya masa kini telah merevolusi makanannya dari daging menjadi hati. Bila hatimu batu, anda tidak termasuk makanan buaya.Â
Orang-orang dulu mengatakan bahwa buaya ini berasal dari penyebutan orang Yunani ketika menyaksikan reptil yang kini melekat pada diri laki-laki itu di Sungai Nil.Â
Kemudian menamakannya krokodilos yang secara harafiah, kroko, berarti 'batu kerikil', dan deilos yang berarti 'cacing' atau 'orang'. Entah kenapa orang-orang dulu suka sekali memberi nama yang tidak masuk di akal orang-orang masa kini. Mungkin karena bila melihat buaya darat, mereka pantas dilempar dengan batu.Â
Namun, di luar dari teori tidak masuk akal itu, banyak pula teori yang berusaha memberikan penjelasan seakan-akan "buaya darat" itu memang pantas dialamatkan pada seorang laki-laki.Â
Ada yang mengatakan bahwa buaya darat berasal dari Legenda Baltazur yang mengisahkan si buaya darat dari Riau. Entah cerita ini masuk akal atau tidak, yang jelas, ketika anda membaca tulisan ini, yakinlah bahwa saya bukan golongan buaya darat meski pada kenyataannya saya memang hidup di darat.Â
Lantas, mengapa cap buaya sering kali kau terima?
(Note: kalo tidak pernah dapat panggilan buaya, jangan baca sampai tuntas)
Besar kemungkinan dalam dugaan saya bahwa orang-orang yang sering mengatakan atau memberi cap pada anda dengan sebutan buaya adalah orang-orang yang tidak pernah membaca artikel tentang buaya. Jangankan membaca, memahami buaya saja mereka tidak lakukan, apalagi memahami ketidaksetujuanmu. Ya, kan, buaya? Eh
Istilah buaya darat yang sering digunakan untuk menghabisi perjuanganmu untuk melakukan pendekatan berbasis chat basa-basi sebetulnya bertolak belakang dengan fakta sebenarnya.Â
Hal itu dibuktikan dalam jurnal yang dikeluarkan kelompok peneliti dari Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) di Louisiana, Amerika Serikat pada 2008. Meski saya sendiri ketika menulis ini tidak pernah membaca jurnal yang dikeluarkan kelompok peneliti dari Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) itu, paling tidak, saya punya alasan untuk menulis penyangkalan ini.
Dalam penelitiannya kelompok peneliti dari Rockefeller Wildlife Refuge (sekali lagi, saya belum baca, tapi ada tertulis: berbahagialah mereka yang tidak membaca, namun percaya) yang dilakukan selama sepuluh tahun ini, di mana fokus penelitiannya adalah kesetiaan buaya, menemukan fakta bahwa buaya jantan tak akan berpaling ke betina lainnya.Â
Bahkan, buaya jantan akan selalu melindungi si betina yang selalu waspada dan jantan akan menjaga telur-telur tersebut hingga tiba waktunya bayi-bayi menetas.Â
Terakhir, bila anda dicap sebagai buaya, terima saja. Karena toh, faktanya buaya tidak hanya yang jantan saja, tetapi juga ada buaya betina.Â
Sekian tulisan singkat ini. Semoga tidak bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H