Apa resolusi (tekad) penulis muslim tahun 2015? Barangkali ini memang pertanyaan sederhana. Tapi agak sulit menjawabnya. Setiap penulis muslim, barangkali memang sudah merencanakan tekadnya dalam berkarya di tahun 2015 nanti. Menulis buku, menulis novel dan seterusnya.
Tapi, rasa-rasanya, sebagai penulis muslim perlu merumuskan agenda bersama. Sebuah agenda yang perlu dipegang bersama. Menjadi acuan bagaimana seharusnya dalam berkarya. Nah, setidaknya bagi yang merasa penulis muslim ada beberapa resolusi yang perlu dilaksanakan, tak sekedar ditekadkan (direncanakan):
Pertama: Menjadi penulis profetik (berbasis kenabian). Apa itu penulis profetik (berbasis kenabiian itu)? Tentu selaras dengan ajaran Al-Quran, mengajak kepada kebaikan (Amar-makruf) alias humanisasi, mencegah kemungkaran (Nahi Mungkar) alias liberasi dan mengajak ingat kepada Allah (transendensi). Dengan berpegang pada nilai-nilai dasar tersebut, menjadikan aktivitas menulis menjadi lebih bermakna. Hal ini selaras dengan doktrin dalam Al-Quran yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Tuhan” (QS. Al Imran:110)
Kedua: Melawan pandangan-pandangan menyesatkan. Teramat banyak pandangan-pandangan menyesatkan. Baik melalui kolom-kolom, artikel maupun kutipan tokoh dalam berita. Kadang pandangan-pandangan tersebut ironisnya terlontar dari tokoh atau kalangan berpendidikan baik sarjana maupun doktor-doktor dari universitas ternama. Tapi, apakah yang demikian dibiarkan saja? Tentu tidak. Perlu ada pandangan-pandangan yang meluruskan. Inilah tugas besar penulis muslim tahun 2015. Yaitu memunculkan dan mencounter pandangan-pandangan menyesatkan, khususnya dari kalangan liberalis. Tak mudah memang, itu sebabnya agar memunculkan pandangan-pandangan yang “selevel dan berkelas” kita juga perlu memperbanyak, mengkaji literatur (membaca buku dll) sehingga karya yang kemudian dimunculkan menjadi berbobot dan punya daya argumentasi yang cukup.
Ketiga: Merawat dan mendukung media-media, khususnya media online. Banyak sekali media-media online (Islam) yang bermunculan. Bagaimana sikap penulis muslim? Tentu perlu mendukungnya. Bagaimana caranya? Tentu dengan turut andil mengirimkan karya-karya terbaiknya. Kenapa harus media online (islam)? Sebab inilah benteng terakhir pencerahan umat. Televisi, media cetak, sudah semakin sulit dikendalikan. Kekuasaan dan modal sudah menghegemoni. Itu sebabnya, para penulis muslim juga perlu mendukung dan merawat media-media online Islam agar menjadi media pencerah umat, menjadi referensi wawasan Islam yang kemudian bisa menjadi panduan dalam amalan keseharian.
Keempat: Fokus menulis atas dasar kompetensi pribadi. Yang ini tergantung kapasitas pribadi masing-masing penulis. Silakan yang ahli dalam ilmu politik mencerahkan umat dengan analisis-analisis kontemporernya terkait perkembangan politik di tanah air. Bagi sarjana pendidikan, silakan menulis kolom-kolom atau buku yang mendukung bagaimana pendidikan islami itu bisa diterapkan dengan benar. Atau apapun latar belakang pendidikannya, gali terus kompetensi dan pengalaman pribadi lalu menuliskannya agar bisa menjadi referensi pencerah umat.
Kelima: Saling mangapresiasi dan memberikan testimoni (pujian). Ini yang tak kalah penting. Setelah karya terbit, baik tulisan lepas maupun buku utuh, apa yang perlu dilakukan? Jelas, kita perlu saling mengapresiasi, memberikan testimoni (pujian) atau apapun demi kebaikan penulis. Kritik juga tentu saja perlu diberikan. Sebuah kritik yang menjadikan sang penulis lebih baik lagi dalam berkarya pada hari-hari berikutnya. Itulah beberapa resolusi bersama penulis muslim 2015. Ada tambahan? Silakan. Ditunggu masukannya.
Sumber Foto: Wasathon.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H