Mohon tunggu...
Yono Maulana
Yono Maulana Mohon Tunggu... Pengajar -

Pribadi yang masih untuk belajar, berkarya dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hajatan dan Salah Kaprah Budaya dan Pemikiran

25 Juli 2015   15:45 Diperbarui: 25 Juli 2015   15:45 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi : Seorang Pria Sedang Saweran diatas Panggung"]
[/caption] Sudah lama sebetulnya hal ini terjadi, tulisan ini hanya hasil dari penglihatan dan renungan penulis. HAJATAN atau PESTA sering kali kita dengar, baik di kampung maupun di kota, tak terkecuali di wilayah kampungku, tepatnya Brebes Selatan, yakni Kecataman Banjarharjo. mengapa penulis ingin berbagi tentang hajatan ? ya karena sedang musim hajatan, hajatan pernikahan, hajatan sunatan, hajatan gusaran (menandai bahwa anak perempuannya masuk remaja dengan di gosok sebuah keris kecil di giginya oleh seorang paraji) dan masih banyak lagi bentuk sukuran dan keramaian masyarakat ini. apa yang menarik dari bahasan hajatan ini ? sebetulnya tidak ada sih, cuma ada beberapa hal yang membuat saya ingin mencurahkan dari yang terjadi pada tradisi ini. hal apa saja sih yang menarik penulis ? jawabannya banyak! diantara adalah ;

  1. HAJATAN PERNIKAHAN : di wilayah ini Banjarharjo, khususnya wilayah selatan, biasanya dalam pesta pernikahan sebelumnya ada tradisi seserahan/menyerahkan bawaan dari laki-laki ke mempelai wanita. mungkin maksudnya untuk memudahkan mereka setelah berumah tangga semua sudah siap. namun yang menjadi perhatian penulis adalah, barang yang dibawa dan perkiraan nilai barang yang dibawa, apa saja sih diantara adalah ;
  • lemari, kursi, tv, bahkan katanya saat ini sudah ada yang bawa motor :)
  • makanan lengkap baik matang maupun mentah
  • hewan hidup seperti kambing dan sapi
  • emas kawin yang memiliki jumlah gram dan nilai sangat mahal 
  • pakaian sudara sekandung, kaka adik dari orang tua, semua harus dibawakan saat MULANG atau mengganti saat orang tua dan saudara di antar makanan yang disebut dengan nyembah, menurutr informasi nilai minimal sebesar Rp. 500.000 ini pada tahun ini  2015.
  • masalah apa ? masalahnya budaya ini tidak melihat status ekonomi masyarakat, baik miskin maupun kaya mereka biasanya tetap membawa barang dan membeli barang-barang berharga. selain itu hiburan seperti dangdut, burok, dan kesenian lainnya tetap harus ada, wow!!! bayangkan berapa dan bagaiamana mencarinya untuk masyarakat yang tidak mampu. memang tidak sedikit ada cerita bahwa si A setelah hajatan memiliki hutang ke Bank A,B C dst ke sodara dll. entah dimulai sejak kapan dan oleh siapa budaya dan tradisi ini dimulai, yang jelas menurut hemat kami sangat memberatkan dan ada yang kurang pass dalam tradisi ini. 
  • bagi mereka yang mampu mungkin tidak akan jadi masalah
HAJATAN SUNATAN DAN GUSARAN : adalah prosesi yang menandakan bahwa anak tersebut masuk masa remaja, pria di sunat dan perempuan di GUSARAN. istilah setempat. 
  • ini sama saja, biasanya minimal hiburan mereka adalah musik dangdut, tarling, jaipong atau degung atau wayang golek serta Burok.

BUDAYA KONDANGAN YANG BERUBAH TUJUAN
umumnya setiap yang memiliki hajatan itu pasti ada undangan, Undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan, sunatan atau gusaran. yang unik dari budaya setempat adalah ternyata KONDANGAN atau hadir memenuhi undangan saat hajatan tersebut adalah maknanya seperti simpan pinjam, mengapa demikian ? ya ternyata setiap orang yang kondangan memiliki aturan. dari yang kondangan / yang di undangan. biasanya datang dulu membawa beras, makanan pasar (bisa mie instan, snack dll) kemudian membawa Amplop yang berisi uang, dengan nilai yang beragam mulai dari Rp. 20.000 sd Rp. 100.000 atau bahkan lebih. nah pada saat kondangan ini baik yang di undangan maupun yang mengundang dalam hal ini yang memilii hajat mencatat setiap orang berapa ia memberikan kado atau amplop, yang kemudian ini akan dianggap sebagai hutang kepada si yang di undangan tadi, untuk satu saat jika dia hajatan harus membayar sesuai nilai kondangan tadi atau bahkan lebih. setiap masyarakat biasanya mereka hapal, sudah kondangan ke berapa orang, orang tersebut sudah hajatan berapa kali, konon ada kabar bahwa jika sudah 3 kali hajatan, biasanya mereka menahan diri, khawatir tidak tergantikan apa yang sudah mereka berikan. hmm... sampe segitunya ya...  kita kembali ke masalah bawaan saat kondangan, saat kondangan seperti yang saya bilang diatas, biasanyayang diundangan membawa makanan keriang atau  pasar, nanti saat pulang tempat, boboko istilah setempat = bakul, itu disi oleh makanan snack juga, biasanya berisi mie instan minimal 3 buah, plus makanan ringan lainnya. selian t=itu juga mereka biasanya dipersilahkan makan di prasmanan. oya makan tamu undangan jangan membayangkan seperti di gedung serbaguna ya.. disini biasanya tamu disuruh duduk sejenak untuk menikmati hidangan di meja, kemudian beberapa saat biasanya si pemilik hajatan akan mempersilahkan makan disebuah ruangan yang telah disediakan berupa makanan prasmanan. hmm.. sekarang mari kita berhitung untuk soal kondangan tadi... yang di undang biasa datang dengan nilai bawaan kurang lebih Rp. 30.000 + uang Rp. 20.000 = Rp. 50.000 untuksetiap tamu, ini kita hitung mudahnya bisa jadi ada yang dibawahnya atau diatasnya. saat tamu hadir kita memebrikan makan, biasanye menu daging, ayam, sayur, kentang, buah, minuman gelas. fix kira-kira untuk makan seperti itu berapa ya ? anggap Rp. 50.000,- saat pulang tamu tadi diberikan lagi bawaan seperti mie instan 3 buah = Rp. 7500 snack dll = Rp. 15.000,- jadi total bawaan 22.500.-jadi si tamu memberikan -+ = Rp. 50.000,- di pemilik hajatan menyediakan yang tadi disebutkan tu =+ = 72.500,- artinya 50.000 - 72.500 = - 22.500 hem... ya jadi pemilik hajatan rugi 22.500,- loh kenapa demikian dan kok harus ngitung, ? bukannya hajatan itu memang pasti rugi kan mengeluarkan uang? iya memang begitu ... tapi kan saya menjelaskan dari statement masyarakat yang seolah-olah hajatan jadi wahana simpan pinjam :) ini menurut analisa saya loh... abis kalo dah selesai acara suka bicara untung rugi sih.. he he he he...  HIBURAN HAJATAN YANG PENUH MUDHARATduh ! kok judul paragraf nya begitu sih... karena menurut saya memang begitu.. betapa tidak,mari kita melihat fakta kita ambil salah satu contoh kasus, untuk yang memiliki hajatan dengan hiburan dangdut / tarling dan sejenisnya. 

  • SAWERAN PENYANYI  : Biasanya untuk hiburan musik panggung suka ada yang disbeut sebagai saweran, saweran ini menjadi seolah-olah sebuah kewajian yang harus dilakukan dan dimulai oleh pemilik hajatan, kepada artis yang kemudian di ikuti oleh para sanak saudara atau orang lain yang sedang menonton. berapa nilai saweran ? terserah mulai dari RP. 2000 sampai dengan tidak terbatas.
    • JOGET KE PANGGUNG : joget ke panggung sekaligus saweran ini tidak hanya melibatkan orang tua, namun juga anak-anaknya, saya cuma mikir, ya pantes ya... generasi sekarang pada bermimpi jadi artis semua, ya wong di desa aja begini he he he astagfirullohalazim...
    • JUMLAH SAWER MENUNJUKAN KEBESARAN : biasanya saweran itu akan dinilah dari jumlah yang diberikan untuk beberapa orang menganggap bahwa jumlah saweran yang diberikan kepada artis merupakan kredibilitas mereka :) hmmm aya aya wae... 
    •  MALU JIKA TIDAK ADA HIBURAN / TANGGAPAN : kebanyakan masyarakat merasa malu jika saat menikahkan anaknya tidak menghadirkan atau megadakan hiburan seperti dangdut dan sejenisnya. mereka di bela-bela untuk mencari pinjaman kesana kemari bahkan berhutang ke Bank demi untuk hiburan sesaat.

KESIMPULANNYA APA ?
kesimpulan dari penulisan saya adalah sebetulnya mungkin kita harus kembali sadar dan tahu secara benar apa sebetulnya hakikat hajatan, syukuran dan sejenisnya. penulis disini bukan usil, hanya ingin menuliskan dari penomena yang selama ini penulis lihat. halah! ngomong aja ngga mampu ! iya juga sih emang ga mampu he he he sayang, duitnya lebih baik buat sekolah... okeh kembali ke leptop, Himkahnya, Bukannya dari sebuah pernikahan itu intinya adalah akad nikah, di ridhoi orang tua, kemudian bersyukur pada Alloh atas kelancaran dan pertemuan jodoh, kemudian berdoa supaya bisa di langgengkan. syukuran sesuai kemampuan, niscaya akan senang menjalani bahtera, bayangkan jika hajatan berlebihan, kemudian hutang sana sini, setelah berumah tangga boro-boro bulan madu, mikirin hutang sampe kurus, bahkan bisa sakit saat DEP KOLEKTOR datang ke rumah :) nah loh... pusing kan...  katanya "Malu kalo tidak seperti umumnya orang lain, yaitu hiburan / tanggapan" memang selama ini kalo yang ga ada hiburan suka di cemooh ya? atau di permalukan di depan umum ? sepengatuan penulis kayaanya ga ada deh... kan pada saat kita terlilit hutang juga mereka ga ada yang bantuin :)  ISLAM TIDAK MENGAJARKAN UNTUK BERLEBIHAN artinya kita sebagai manusia harus proporsional artinya kalo ga mampu yang jangan dipaksakan. dan kalo mampu monggo berbagi dengan cara yang baik. bagikan secara benar, jangan di sawer kan ke artis he he he mungkin lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan. diluar sana kan masih banyak yang ksulitan makan toh... atau jangan-jangan keluarga juga sebetulnya masih ada yang butuh biaya, untuk sekolah mungkin, untuk berobat mungkin atau untuk hal penting lainnya.

AJARKAN ANAK DENGAN CARA ISLAMI
saya, penulis, suka ga habis pikir, dimana letak pendidikan Islami terhadap anak-anaknya, padahal mereka di hias ada yang menggunakan busana muslim, disisi lain mereka disuruh naik panggung untuk berjoget dan nyawer membagikan uang. bahkan dibeberapa orang rupaya sudah ada yang fasih tuh anak-anak bergoyang dumang... hmmm saya hanya melongo saja di pojokan tenda...
lebih celaka lagi orang tua mengajarkan naik ke panggung, menghambur-hamburkan uang... wow... luar biasa... minuman beralkohol seperti sudah menjadi sebuah hal yang lumrah...
alangkah mengkhawatirkannya negeri ini...
penulis bukanlah seorang ustad apalagi orang suci, tapi hanya ingin mengingatkan karena sesama manusia, mungkin alangkah baiknya sebelum kita melaksanakan keperluan kita entah itu hajatan apapun, pertimbangkan nilai baik dan buruknya, efek positif dan negatifnya. dengan rizki yang Alloh berikan apakah benar harus disalurkan dengan cara seperti ini ? betul ini semua milik anda, betul uang ini hasil kerja keras anda. tapi apakah anda ga sayang dengan jiwa dan tubuh anda yang telah berkerja keras :)
tidak usah menya yangi Tuhan atau ga enak sama Tuhan, karena Tuhan adalah sang Maha, bahkan memutuskan rizki anda saat ini juga bisa. tapi... sebaliknya, cobalah berfiikir dari diri anda sendiri.
mari kita bertindak secara bijak, untuk kebaikan anak-anak kita.

demikian ulasan yang saya buat, jika ingin berdiskusi silahkan isi komentar dibawah ini.
Salam untuk semuanya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun