Mohon tunggu...
Penulis Muda
Penulis Muda Mohon Tunggu... -

Penulis yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebuah Catatan untuk Gan Pradana - Part 2

13 Juli 2014   22:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:26 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3) “Apalagi penganut aliran Kharismatik seperti Bapak – harus menjadi kepala, bukan ekor....”
“Saatnya orang Kristen menjadi raja. Saatnya orang Kristen menjadi kepala, bukan ekor.”

Pernyataan ini saya asumsikan merupakan kesimpulan Saudara dari Firman yang dikutip dari:


Ulangan 28:13-14
13 Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,
14 dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.”


Perlu diingat bahwa “menjadi kepala, bukan ekor” bukanlah keharusan, ataupun tujuan hidup bagi seorang Kristen. Ada syarat dan ketentuan bagi seseorang sebelum ia layak dipromosikan Tuhan menjadi “kepala”. Di ayat 13 dan 14 dijelaskan “term and condition-”nya untuk meng-klaim janji Tuhan ini.

Menjadi “kepala” hanyalah efek dari orang yang: 1) mendengarkan dan melakukan perintah Tuhan dengan setia, 2) tidak mengalihkan fokus hidupnya pada ilah lain, termasuk kepada Mamon/hartanya.

Karena menjadi “kepala” adalah efek, maka tidak bisa disimpulkan bahwa seorang Kristen diharuskan menetapkan tujuan hidupnya sebagai “kepala”.

Yang diharuskan dari seorang Kristen adalah melahirkan buah-buah pertobatan dengan salah satu bentuknya; melakukan perintah Tuhan terlebih dahulu dengan setia. Dipromosi atau tidak, itu menjadi otoritasNya. Bahkan di awal perikop, Tuhan menekankan syarat ini dengan tegas.


Ulangan 28: 1-2
1 “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. 2 Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:

Pembuangan bangsa Israel ke Babel menunjukkan bahwa mereka yang menyimpang ke kiri dan ke kanan bisa kehilangan perkenanan Tuhan dan mengalami murka dan amarah Tuhan. Hukuman Tuhan tidak pernah dijatuhkan tanpa pemberitahuan dan tak terduga. Diingatkan berkali-kali dengan berbagai cara, bangsa Israel tetap bertahan pada kedegilan dan kekerasan hatinya. Mereka yang tadinya menjadi "kepala" malah dibuang sebagai "ekor" bagi bangsa yang menaklukkan mereka.

Dari kisah di Alkitab, kita juga ketahui ada orang-orang yang dipromosikan Tuhan melebihi dari apa yang mereka bisa bayangkan. Seperti Yusuf pada pemerintahan Firaun dan Daniel pada pemerintahan raja Nebukadnezar. Kisah mereka berakhir dengan happy ending, tapi keduanya memulai dengan pola yang sama. Mereka baru dipromosikan setelah lulus dari ujian kesetiaan dalam melakukan perintah Tuhan; karena hanya mereka yang setia dalam perkara kecil, yang akan Tuhan percayakan perkara besar.


1 Kor 2:9
Tetapi seperti ada tertulis:
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

Yesus sendiri justru mengajarkan setiap orang yang dituakan atau sedang di “puncak” untuk tetap rendah hati dan melihat diri mereka sebagai pelayan ketimbang figur yang harus dihormati. Dalam hal ini, Yesus memberi contoh ketika pada malam perjamuan terakhir, Ia sendiri yang membasuh kaki para muridNya.


Luk 22: 24-27
24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
25 Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.

4) Saya percaya Bapak lakukan ini, karena di dalam Alkitab ada tertulis bahwa anak-anak Tuhan harus bisa cerdik seperti ular dan lembut seperti merpati.

Pernyataan ini saya asumsikan merupakan kesimpulan Saudara dari Firman yang dikutip dari:


Mat 10:16
16  “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Perlu dibaca secara keseluruhan perikop dahulu, dari ayat 1-15, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam konteks apa Yesus mengajarkan prinsip ini.  Ayat ini sebenarnya dimaksudkan sebagai prinsip bagi para misionaris, dalam hal menjadi saksi Kristus.

Banyak pengusaha merasa bangga ketika bisa mengakali pembayaran pajaknya kurang dari yang seharusnya mereka bayarkan kepada negara. Mereka membanggakan diri sudah “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” melalui aksi ini. Apalagi jika selisih pajak yang harus dibayarkan itu kemudian dipakai untuk membangun gereja.

Yesus tidak mengajari manusia untuk memakai prinsip “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” dalam konteks seperti ini. Ini adalah contoh bagaimana manusia kerap kali mencocok-cocokkan Firman Tuhan mengikuti keinginan dagingnya semata, ketimbang sungguh-sungguh mencari tahu apa yang sebenarnya Tuhan maksudkan. Mungkinkah Tuhan berkenan atas persembahan manusia dari hasil mencuri, menipu, atau korupsi? Siapakah yang sebenarnya engkau mau perdaya melalui persembahan hasil kejahatan ini?


Mat 5: 37
37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Jangankan perbuatan jahat, manusia bersilat lidah saja tidak disukai Tuhan. Politikus biasanya adalah ahlinya bagaimana membuat yang hitam terlihat putih, dan sebaliknya. Ketika seseorang yang begitu lihai bersilat lidah dan bisa mengubah persepsi orang atas suatu isu, tidak berarti orang itu dianggap “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Penipu tetaplah penipu, sehebat apapun caranya memutarbalikkan kenyataan.

Prinsip “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” ini diajari Yesus simply supaya setiap pengikut yang bersaksi mengenaiNya bisa berkarya lebih lama di dunia ini, tanpa harus jatuh ke dalam masalah yang sebenarnya bisa mereka hindari. Hanya orang yang hidup yang bisa bersaksi bagiNya, karenanya Yesus mengajari “domba-dombaNya” supaya tidak cepat mati di”mangsa” oleh “serigala”.


5) “Banyak di antara mereka yang pada Rabu 9 Juli kemarin memilihnya tanpa melihat lagi jejak rekam sebelumnya, karena beriman, Bapak Prabowo juga anak Tuhan yang harus dikasihi dan dicintai.”

Dalam konteks Pilpres, tidaklah tepat memakai prinsip cinta kasih dalam memilih mana kandidat yang terbaik untuk memimpin negeri ini. Hikmat dari Tuhan justru mengajarkan hal sebaliknya.


Mat 7: 15-18
15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

1 Tes 5: 21-22
21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.

Ef 5: 6-11
6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. 7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.
8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

Kekristenan justru mengajari manusia untuk benar-benar memperhatikan “bobot, bibit, dan bebet” seseorang supaya bisa menilai dengan tepat apakah seseorang itu serigala berbulu domba, atau malah sebaliknya.

Apalagi jika ada kandidat capres yang dikaitkan dengan beban masa lalu, kiranya seseorang harus lebih cermat mempelajari masa lalunya. Seumpamanya beban masa lalu-nya ada kaitannya dengan tertumpahnya darah, maka Firman berikut malah harus lebih diperhatikan baik-baik bagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun