Mohon tunggu...
Yongky Yulius
Yongky Yulius Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Purwokerto, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Publik (Bukan) Alternatif Hiburan Masyarakat

30 September 2015   15:52 Diperbarui: 30 September 2015   15:52 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh fakta yang sangat miris bila ternyata ruang publik yang disediakan oleh pemerintah seperti taman kota, hanya dijadikan sebagai alternatif hiburan oleh masyarakat kita bila keberadaan televisi, internet, dan ponsel pintar sudah dianggap membosankan. Keberadaan ruang publik dalam masyarakat modern sebenarnya merupakan kebutuhan wajib. Kenapa disebut sebagai kebutuhan wajib? Karena pada saat ini hiburan masyarakat yang dianggap sebagai hiburan utama merupakan hiburan yang "menenggelamkan" hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang harus berinteraksi satu sama lain secara sosial.

Beberapa hiburan utama masyarakat saat ini adalah televisi, internet, ponsel pintar. Hiburan-hiburan tersebut tak pelak hanya menjauhkan masyarakat kita dari komunikasi sosial seharusnya. Komunikasi sosial seharusnya adalah komunikasi dimana manusia saling berinteraksi tidak hanya mengandalkan tulisan saja, namun lebih pada berinteraksi secara langsung dan bertemu secara fisik. Dalam pertemuan secara fisik tersebut komunikasi yang seharusnya akan terjadi dimana manusia akan berusaha memahami manusia lainnya berdasarkan pada interaksi melalui obrolan, mimik wajah, bahasa tubuh, dan tentunya kontak mata. Pertemuan secara fisik tersebut merupakan kebutuhan wajib bila ingin mempererat hubungan antar manusia.

Hiburan utama masyarakat saat ini (televisi, ponsel pintar, dan internet) hanya mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Dari segi positifnya hiburan modern tersebut dapat menjalin silaturahmi pada kerabat yang lokasinya jauh, namun apa yang terjadi pada orang-orang yang berada di sekelililngnya? Tidak dipedulikan sama sekali karena terlalu fokus pada hiburan modern tersebut! Ya, itulah fenomena sosial yang terjadi belakangan ini.

Disinilah ruang publik harus berperan menjadi hiburan utama bagi masyarakat, bukan lagi sebagai alternatif hiburan. Ruang publik yang disediakan oleh pemerintah semacam taman kota harus menggeser keberadaan hiburan utama masyarakat saat ini. Ruang publik tidak dapat dipungkiri memiliki banyak sekali manfaat positif dibandingkan dengan hiburan-hiburan lainnya. Manfaat positif tersebut didapat dari pertemuan-pertemuan manusia secara fisik di ruang publik tersebut. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut maka akan terlahir diskusi-diskusi kecil yang dapat mempererat hubungan antar manusia. Diskusi-diskusi kecil tersebut tidak hanya akan membahas topik ringan saja, biasanya masyarakat juga akan membahas topik-topik agak berat dalam diskusi yang terjadi di ruang publik tersebut. Topik-topik yang dibahas tersebut antara lain mengenai perkembangan politik dalam negeri, pembangunan ekonomi, dan lain-lain.

Sebagai negara demokrasi yang kedaulatannya berada di tangan rakyat, Indonesia tentu membutuhkan masyarakat yang memiliki pola pikir kritis dan peduli terhadap negara. Partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam pembangunan negara. Pembentukan pola pikir masyarakat yang kritis tidak bisa hanya dibentuk oleh diri sendiri, melainkan harus dibentuk dalam sebuah diskusi-diskusi kecil. Sangatlah jelas bahwa ruang publik mempunyai peran vital dalam sarana membentuk pola pikir masyarakat melalui diskusi-diskusi yang terjadi di dalamnya.

Salah satu ruang publik yang patut menjadi contoh adalah alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Alun-alun tersebut secara konsep sangat sederhana, dimana Pemerintah Kabupaten menyediakan semacam ruang terbuka yang terbuat dari rumput berkualitas dan terawat. Di alun-alun tersebut masyarakat berkelompok duduk bersama sembari berdiskusi. Alun-alun Purwokerto ini ramai tiap malam dikunjungi oleh berbagai kalangan. Diskusi-diskusi yang mereka lakukan tak pelak juga membahas mengenai topik seputar negara. Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kampus di Purwokerto juga sering datang ke alun-alun tersebut untuk sekadar diskusi bersama teman-teman seperjuangan.

Alun-alun Purwokerto tersebut haruslah menjadi contoh atau role model bagaimana ruang publik digunakan sebagaimana mestinya. Beberapa orang di Purwokerto menjadikan alun-alun tersebut sebagai hiburan utama karena kenyamananya sebagai tempat untuk berdiskusi. Tantangan terberat pemerintah dalam membangun ruang publik bukan terletak pada anggaran, kurangnya tenaga kerja, ataupun desain yang harus dipakai, tapi lebih pada bagaimana menjadikan ruang publik sebagai hiburan utama apabila masyarakat kita, masyarakat Indonesia yang demokratis membutuhkan hiburan untuk melepas penat setelah melaksanakan kegiatan yang menyita waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun