Mohon tunggu...
yong SC
yong SC Mohon Tunggu... -

suka menulis sejak SD sampai sekarang, tapi pas kalau lagi mood :) he he

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Berada di Titik Buta

25 September 2010   16:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu begitu membaca berita bahwa Sandra Bullock mendapat penghargaan sebagai artis terbaik di ajang academy award untuk film Blind Side, aku pun mulai mencari informasi mengenai film tersebut dan menunggu-nunggu waktu tayangnya di bioskop. Hukumnya wajib buatku menonton film2 yang memenangi penghargaan :)

Ternyata film tersebut kurang booming, jadi hanya tayang beberapa hari setelah itu sudah ditarik dari peredaran. Karena tak ingin terlewatkan serta masih penasaran dengan film tersebut, akhirnya setelah menunggu beberapa waktu, aku berhasilmendapatkan VCD film tersebut di rental langgananku.

Film tersebut berkisah tentang kisah nyata perjalanan seorang pemain baseball. Pemain tersebut awalnya adalah seorang anak yang misterius dan terlambat secara akademik dan memilki masa kecil yang pahit. Ibunya mati terbunuh, dan ayahnya tewas bunuh diri. Itu membuat anak tersebut sangat pendiam. Tapi ternyata dibalik keterlambatannya dan masa lalunya yang kelam, anak tersebut memiliki sisi yang tak terlihat, yaitu kepiawaiannya bermain bola.

Singkat kata, berkat bantuan Sandra Bullock, anak tersebut masuk ke team baseball dan menjadi tonggak pertahanan dan penyerang di team tersebut yang kemudian menghantar team tersebut memenangi kejuaraan dan melambungkan namanya sebagai pemain legendaries baseball yang terkenal.

Dari film itu sendiri, akumendapat pesan bahwa kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari sisi yang dia lemah. Setiap orang memiliki sisi yang tak terlihat, yaitu sisi yang menjadi kelebihannya. Juga kita tidak bisa memvonis seseorang pada saat ini, suatu hari mungkin orang tersebut bisa menjadi besar dan hebat. So, siapa kamu sekarang, bukan berarti selamanya kamu akan seperti sekarang. Siapa tahu, suatu hari kamu menjadi orang yang hebat? Who knows?

Nah gara-gara nonton film itulah, aku jadi dapat insight tentan g pengalamanku baru-baru ini, tapi aku menamainya Titik Buta.Mungkin istilah asingnya Blind Spot. Kita lebih sering mendengar Titik Balik ketimbang titik Buta. Namun tanpa kita sadari kadang kita berada dalam titik buta .

Tahun 2010sebenarnya aku harapkan menjadi titik balik dalam hidupku. Karena beberapa tahun belakangan,  kisah asmara yang baru aku harapkan tidak pernah berakhir manis.  Jadi aku menaruh pengharapan di tahun ini, Tuhan tidak akan memberikan kejutan-kejutan manis yang berakhir pahit lagi.

Awal 2010, ternyata belum-belum Tuhan sudah membuat kejutan lagi dalam hidupku. Kejutan yang tidak pernah aku bayangkan, kejutan yang awalnya manis, perkenalanku dengan X. Kami menjadi dekat karena beberapa persamaan dan pembicaraan yang menarik, lucu serta polos. Perhatiannya yang besar, lagi-lagi menarik perhatianku.

Kami pun  menjadi teman dekat dan teman curhat. X sangat terbuka dengan dirinya, keluarganya, pergumulannya dan kelemahan-kelemahannya. Mungkin itu salah satu hal yang aku sangat hargai dari dirinya. Kejujuran danketerbukaannya. Tidak berusaha kelihatan baik, apa adanya.

Ternyata ceritanya dan curhatnya itu lagi-lagi membuatku simpati dan terconnect dengannya tanpa aku sadari…demikian pula dengan X,juga karena simpati dan merasa kasihan dengan kehidupan yang aku jalani akhirnya timbul rasa suka. Kami pun mungkin boleh dikatakan saling suka.

Sampai suatu kali X berjanji menemuiku di kota tempat aku tinggal. Ternyata kedatangannya menemuiku pun tidaklah semulus yang dia rencanakan. Kejadian demi kejadian membuatnya terpaksa mengundurkan jadwal kedatangannya. Tepat di saat aku sedang berdoa meminta tanda dari Tuhan (atas saran teman yang bisa dipercaya)

Pada saat itu jujur aku memang sempat kebat-kebit dibuatnya, menanti jawaban Tuhan. Ya atau tidak. Tapi membaca situasi dan penundaan yang terjadi setiap kali dia berusaha untuk datang, aku pun melihat alamat buruk yang menimpa.

Aku sempat merasa kecewa dan bersedih ketika menyadari bahwa semua jawaban sepertinya mengarah kepada sebuah jawaban “Tidak.” Aku mulai mengasihani diri, mengapa Tuhan kembali memberikan aku pengharapan sesuatu yang sebenarnya aku tidak pernah minta, tapi ujung-ujungnya justru berakhir pahit lagi. Mengapa semua yang datang dalam hidupku tampaknya susah payah aku dapatkan. Mengapa Tuhan mengiming-iming seolah-olah ada harapan dan masa depan dalam hidupku soal hubungan asmara, yang sudah lama aku bunuh dan kubur dalam-dalam…

Teman yang aku percayai tersebut  membagikan sebuah kisah yang sangat menusuk, mengenai jawaban Tuhan. Bila Tuhan bilang tunggu, berati Tuhan sedang mempersiapkan yangbaik buat kita. Bila TUhan bilang bukan,Tuhan akan memberikan yang lebih baik. Bila Tuhan bilang ya, maka kamu mendapatkan yang terbaik.

Sampai pada satu titik ketika aku melihat ke belakang, aku pun menyadari bahwa X bukan orang yang tepat buatku, sebaliknya aku pun bukan orang yang tepat untuknya. Hubungan kami selama ini pun sebatas dalam duniamaya. Walau X tidak bermaksud buruk, tapi semua percakapan kami hanya menipu diri kami sendiri bahwa semuanya baik-baik dan kami akan melalui semua tantangan dengan mudah, bahwa masa depan hubungan kami sungguh ada. Padahal keadaan dan kenyataannya sangat bertolak belakang. Walau aku telah menyadarinya sejak awal, ternyata aku lebih memilih mempertimbangankan perasaan-perasaannya ketimbang perasaan dan pikiranku sendiri.

Di titik itulah aku sadar mengapa Tuhan berkata tidak, dan aku tidak perlu merasa bersalah hanya karena aku tidak ingin mengecewakannya dan ingin mewujudkan pengharapannya. Aku berhak juga mengedepankan perasaan dan pikiran-pikiran sehatku. Terlebih Tuhan sudah menunjukkan tuntunannya padaku.

Hubungan kami selama ini sangat menguras pikiran, tenaga, perasaan dan focus kami. Rasanya kami menjadi orang-orang yang tidak nyata dengan diri kami sendiri, dan membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak pasti.

Aku bersyukur pada akhirnya bahwa Tuhan memberikan jawaban tidak untuk halyang aku minta. Seharusnya Xjuga bersyukur. Karena kalau kami bersama, belum tentu kami akan bahagia, sebaliknya mungkin kami akan sama-sama menderita dan mengalami kegagalan yang lebih sakit lagi.

Jadi, saat aku tidak bisa melihat rencana Tuhan dan tidak bisa menerima jawaban Tuhan, malah asyik bergumul dengan pikiran dan perasaan ku sendiri, itu lah Titik Buta yang sedang aku alami.

Pasti kalian juga memilikimasa-masa pergumulan seperti itu walau mungkin dalam kisah dan cerita yang berbeda. Tapi saat kita lebih banyak menguras perasaan dan berusaha menemukan jawaban-jawban yang kita inginkan daripada melihat apa rencana Tuhan dari semua kejadian dalam hidup kita, dan mulai mempertanyakan kebijaksanaan dan keputusan-keputusan Tuhan dan berusaha mengendalikan dan mengontrol hidup kita, berarti kita berada di titik buta. Dan saat itulah kita memerlukan banyak nasehat dan pandangan dari orang-orang disekitar kita yang bisa dipercaya untuk membantu kita keluar dari titik buta kita.

Menuliskan ini jadi mengingatkan aku kisah tentang Rachel di Alkitab. Dikatakan meskipun Yakub sangat mencintai Rachel, tapi Rachel mandul (Kel29:30). Rachel sakit hati setiap kali melihat Lea melahirkan anak bagi Yakub. Pasti saat itu Rachel sedih sekali mengetahui dirinya mandul. Bukan tidak mungkin Rachel juga melewati malam-malam penuh air mata dan mempertanyakan keadilan Tuhan baginya. Mengapa harus dia yang mandul, sedang Lea dan budak-budak wanita mereka tidak. Apakah dia akan punya anak dari Yakub, atau kapan dia akan mengandung.

Pada akhirnya Rachel mengandung juga dan melahirkan Yusuf. Di Keluaran 30:24 Rachel berkata, “Mudah-mudahan Tuhan menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku.” Itupun Tuhan tidak segera mengabulkan permintaan Rachel. Selang menempuh beberapa perjalanan dan tempat, tepatnya di Bethelem lah Rachel melahirkan Benyamin, dan menghembuskan nafasnya ( Keluaran 35:16-18).

Aku yakin pada akhirnya, mungkin di hembusan nafas akhirnyalah, Rachel mengerti mengapa Tuhan ketika itu membiarkan dia mandul, tidak langsung memberikan anak dalam pernikahannya, karena jika Tuhan segera memberikan Yusuf lalu setahun kemudian langsung lahirlah Banyamin, maka Rachel akan mati cepat.

Justru karena Tuhan memperlakukan Rachel dengan special, Dia melindungi Rachel dan menjaga Rachel, karena Dia tahu jika doanya dikabulkan segerasepeti yang Rachel mau, maka Rachel akan mati.

Kadang-kadang, kita pikir kita tahu apa yang kita inginkan adalah yang terbaik buat kita. Tanpa kita sadari bahwa permintaan kita tersebut justru bisa membunuh kita.

Kita memang tidak bisa langsung mengerti segala yang terjadi dalam hidup kita. Kadang sampai beberapa saat kemudianlah kita baru bisa melihat dan mengerti maksud dan rancangan Tuhan. Kadang kala kita berada di Titik Buta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun