Hari pencoblosan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024 tinggal 2 minggu. Ini waktu yang krusial bagi semua pasangan calon (paslon) peserta kontestasi elektoral lima tahunan. Apakah akan berlangsung 1 atau 2 putaran? Silakan simak uraiannya.
Pilpres 2024 diikuti tiga paslon yakni nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan -- Abdul Muhaimin Iskandar, nomor urut 2 Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo -- Mahfud MD.
Ketiga paslon memiliki basis pendukung yang solid dan militan. Anies-Muhaimin (AMIN) didukung mayoritas warga Muhammadiyah, warga Nahdlatul Ulama (NU), generasi muda dan kelompok milenial perkotaan, sebagian besar pendukung Prabowo di Pilpres 2019, serta kelompok prodemokrasi yang selama ini oposan terhadap pemerintah.
Prabowo-Gibran mengandalkan dukungan dari pemilih partai pengusung, relawan Presiden Joko Widodo, dan sebagian kaum nasionalis yang beda pilihan dengan keputusan elit PDIP.
Pasangan Ganjar-Mahfud didukung kelompok nasionalis pedesaan yang selama ini menjadi basis PDI Perjuangan, dan sebagian kecil swing voters yang terpincut sosok Mahfud sebagai ahli hukum yang dicitrakan berani dan bersih.
Tentu ada irisan pendukung. Misalnya kelompok nasionalis ada juga yang mendukung AMIN. Demikian halnya warga Nahdliyin dan milenial perkotaan, terdistribusi juga ke kubu Prabowo dan Ganjar.
Untuk memetakan dukungan dan persentase suara yang akan diraih setiap paslon, digunakan beberapa variabel. Analisa ini tidak mengacu atau berpatokan pada hasil survei yang sering tidak linier dengan real count, melainkan berdasar hunting persepsi publik.
Metode ini terdiri dari dua cara yakni bertemu langsung dengan masyarakat, dan menelisik percakapan di media sosial secara manual. Contohnya melihat postingan dan celoteh dalam debat grup-grup medsos.
Analisa juga didasarkan pada pengalaman penulis selama meliput dan mengikuti gelaran pemilu legislatif, pilpres dan pilkada sejak reformasi. Ada fakta menarik di mana pilihan politik masyarakat tidak berubah sekalipun ada isu luar biasa pada tokoh yang didukung.
Itu sebabnya ada pilkada yang dimenangkan oleh calon yang telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi seperti Satono (Lampung Timur), Ismail Ishak (Mesuji), Jefferson Rumanjar (Tomohon), Yusak Yaluwo (Boven Digul), Agusrin Najamuddin (Bengkulu), Syahri Mulyo (Tulungagung), dll.