Ketiga, playing victim demi meraih simpati masyarakat. Sebagian besar pemilih di Indonesia adalah penonton drakor yang mudah tersentuh dengan tokoh teraniaya sekalipun tokoh tersebut sebelumnya penjahat. Sebab kita bangsa dengan ingat pendek, mudah lupa, gampang membenci dan memaafkan.
Kondisi demikian dimanfaatkan dengan baik oleh para politisi yang tidak memiliki gagasan dan ide-ide untuk membawa bangsa ini mencapai cita-cita kemerdekaan yakni masyarakat adil makmur. Mereka sibuk jualan air mata demi meraih simpati rakyat.
Kita berharap semua pihak menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang justru kontraproduktif, semisal ingin menggagalkan pemilu. Sebab jika isu pemakzulan tidak terkendali, bukan mustahil akan menimbulkan benturan horizontal yang berujung pada penundaan pemilu.
Mari kita fokus untuk menyukseskan Pemilu 2024. Gunakan hak pilih secara bertanggungjawab demi masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Dan yang tidak kalah penting, hormati pilihan yang berbeda.
Jika kelak usai pemilu kita mendapati bukti adanya kecurangan yang sistematis, adanya penyalahgunaan kekuasaan yang menguntungkan paslon tertentu, itulah trigger bagi kita untuk mendorong pemakzulan sekaligus pembatalan hasil pemilu.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H