Rahasia negara. Ketika masih aktif menjadi wartawan, kata-kata itu sering saya dengar dari mulut pejabat. Padahal dokumen atau konfirmasi yang saya minta, soal anggaran proyek yang ada dalam APBD.
Dengan mengatakan bahwa data atau tanggapan yang saya minta merupakan rahasia negara, maka berarti saya tidak boleh mengungkapkan ke publik. Konyol dan lucu, tetapi menjadi senjata ampuh bagi pejabat untuk menolak memberikan data atau keterangan yang berpotensi merugikan dirinya atau instansinya.
Ketika melihat debat capres tadi malam, saya tiba-tiba teringat kembali pada momen-momen paling berkesan dalam hidup selama menjadi wartawan sejak di Cilacap, Lampung, Medan hingga Jakarta. Â
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto yang awalnya digadang-gadang bisa dengan mudah memenangkan debat ketiga, justru sibuk bertahan dengan dalih rahasia negara ketika dua paslon lainnya yakni capres nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyerang dari berbagai sisi.
Debat kali ini memang lebih menarik dibanding debat pertama. Anies tampil agresif dan ofensif sejak pembukaan dengan sasaran Prabowo. Awalnya, Prabowo yang mungkin tidak menduga akan mendapat serangan, mencoba merangkul Ganjar dengan menyetujui semua pendapatnya.
Situasi berbalik ketika di sesi akhir, Ganjar justru ikut menyerang Prabowo dengan sejumlah data seperti penurunan peringkat Indonesia di Global Peace Index, serta tidak tercapainya kekuatan pokok mimimal (minimum essential force) .
Prabowo coba memprovokasi Anies dengan mengatakan data yang dipaparkan salah. Prabowo menyela omongan Anies hingga ditegur moderator. Setelah itu Prabowo bertolak pinggang sambil terus mencoba menyela penjelasan Anies.
Pada sesi berikutnya, Anies mengatakan jika datanya salah, silakan dibantah dengan data yang dimiliki Prabowo. Di sinilah Prabowo mengajak Anies bertemu di luar debat untuk menjelaskan data yang dimiliki.
Sementara kepada Ganjar, Prabowo berdalih dirinya tidak bisa menerangkan persoalan yang rumit dengan waktu terbatas. Dalam jumpa pers setelah debat, Prabowo mengaku kecewa dengan Anies dan Ganjar karena menjadikan isu pertahanan untuk mencari poin politik.
Di sini, lagi-lagi Prabowo mungkin lupa, bahwa tema debat ketiga adalah soal pertahanan, keamanan, dan hubungan internasional. Oleh karenanya wajar jika para capres mengulik soal pertahanan yang digawangi Prabowo selama 4 tahun terakhir.
Pertanyaan-pertanyaan Anies dan Ganjar juga masih wajar. Dan bahkan mestinya lebih tajam lagi dalam membeberkan rencana program kerja masing-masing dalam menghadapi tantangan pertahanan dan keamanan di masa mendatang.
Sayangnya, Prabowo justru asyik bernostalgia dengan sistem pertahanan masa lalu sambil membangun narasi sebagai seorang nasionalis. Padahal pertanyaan "Bapak cinta tidak dengan negara ini" yang dilontarkan kepada Anies, justru menunjukkan dirinya bukan negarawan.
Kalimat demikian sering kita dengar dari mulut penguasa ketika dikritik, karena mereka menganggap dirinya adalah negara.
Ingat, penguasa bukan negara. dia hanya diberi mandat untuk menjalankan kekuasaan negara selama periode tertentu. Oleh karenanya mengkritik penguasa tidak ada kaitannya dengan cinta atau tidak seseorang pada negaranya. Apalagi sekedar pertanyaan terhadap paslon lain yang dalam kontestasi itu memiliki posisi setara. Tidak ada senior dan junior.
Kecintaan terhadap tanah air, kepada bangsa dan negara ini, tidak harus  ditunjukkan dengan ikut berperang, bersikap pasrah dan nrimo terhadap semua kebijakan penguasa. Taat membayar pajak, menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya, berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, adalah bagian dari kecintaan terhadap negara. Itulah sumbangsih terbesar warga bangsa terhadap negaranya.
Menjadi menteri, menjadi pejabat negara belum tentu pengabdian kepada negara. Dalam banyak kasus, jabatan-jabatan itu justru sebentuk ambisi yang diraih dengan mengaibaikan moral dan etika, demi tujuan pribadi.
Saya berharap pada debat terakhir antar capres, tidak lagi muncul dalih-dalih menyesatkan, berlindung di balik ungkapan konyol untuk menutupi ketidaksiapannya dalam berdebat.
Berdebatlah secara elegan, saling menawarkan ide dan gagasan sambil mengkritisi program kerja lawan. Jangan menganggap pertanyaan dan kritik lawan debat sebagai serangan pribadi.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H