WARGA Kampung Bayam, Jakarta Utara, tidak ada yang mempermasalahkan penggusuran untuk pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Mereka telah menerima kompensasi lahan dan bangunan yang sesuai tanpa ada gejolak.
Permasalahan baru muncul setelah selesainya pembangunan Kampung Susun Bayam (KSB) karena tidak dicapainya kesepakatan terkait tarif sewan rusun. Ingat, KSB memang diperuntukan bagi 135 kepala keluarga Kampung Bayam yang terdampak pembangunan JIS.
Jakpro selalu pengelola awalnya mematok harga Rp 1,5 juta per bulan per unit. Â Warga keberatan karena dnilai terlalu mahal. Dari beberapa negoisasi, harga sewa telah disepakati sebesar Rp 765 ribu.
Sebagian warga setuju, dan langsung menempati unit KSB. Menurut Vice President Corporate Secretary PT Jakpro Syachrial Syarif, warga yang menerima tarif sewa dan sudah tanda tangan kontrak, bisa langsung menempati unit KSB). Â
Sementara sisanya masih menganggap tarif Rp 765 ribu terlalu mahal. Mereka meminta sewanya Rp 200 ribu per bulan. Mereka ini yang kemudian mendirikan tenda di depan JIS.
Pemprov DKI telah menawarkan rusun lain di Jakarta Utara yang harganya lebih murah. Namun lagi-lagi warga menolak karena tetap ingin menempati KSB. Â
Untuk diketahui, unit KSB diresmikan Gubernur DKI Jakarta (saat itu) Anies Rasyid Baswedan pada 12 Â Oktober 2022. Terdapat tiga tower atau gedung empat lantai yang terdiri dari 135 unit berukuran 36 meter persegi dengan fasilitasnya cukup lengkap. Ada juga unit khusus bagi penyandang disabilitas.
Fasilitas pendukung yang disediakan antara lain unit usaha warga, koperasi, taman kanak-kanak, perpustakaan sampai aula serbaguna. Bahkan lantai atap dapat digunakan untuk lahan pertanian kota. KSB memang dibangun dengan konsep hunian bertumbuh (mezanin) sehingga atapnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produktif.
Baik warga dan pemerintah sependapat bahwa status KSB adalah rumah susun sederhana sewa. Perselisihan yang terjadi  murni karena besaran tarif sewa karena masih ada sebagian warga yang belum sepakat.
Lalu mengapa saat ini menjadi ramai? Pertama karena warga Bayam yang masih menggelar tenda di depan JIS akan direlokasi paksa ke rusun-rusun yang ada di Jakarta Utara jika tetap tidak mau menyewa KSB sesuai tarif yang telah ditentukan.
Relokasi dilakukan karena lokasi tempat tenda didirikan, akan dibangun trotoar untuk menyambut perhelatan sepakbola bertajuk Piala Dunia U-17 yang pembukaannya digelar di JIS.
Faktor kedua menyangkut Anies Baswedan. Meski Anies telah menuntaskan janjinya dengan membangun KSB bagi warga Bayam terdampak JIS, namun seperti biasa ada yang merasa perlu untuk menggorengnya, diimbuhi narasi menyesatkan demi menuntaskan sakit hati atas kekalahan jagoannya di pentas Pilgub DKI 2017.
Bahkan ada yang mengaitkan dengan gusuran Kampung Akuarium di Jakarta Utara, Desa Wadas di Jawa Tengah dan Pulau Rempang di Kepulauan Riau, yang berbuntut kerusuhan. Padahal gusuran Kampung Bayam tidak menimbulkan gejolak apa pun. Bahkan gusuran Kampung Bayam mungkin salah satu yang paling manusiawi baik dari segi kompensasi maupun prosesnya.
Persoalan yang mencuat saat ini, sekali lagi, hanya terkait besaran sewanya. Wajar ada (tidak semuanya) yang minta harga semurah mungkin, Rp 200 per bulan per unit ukuran 36 meter persegi. Bahkan jika memungkinkan berharap dapat gratis.
Kita tidak mempermasalahkan. Itu hak mereka. Namun mestinya mereka juga realistis. Harga sewa bedeng di Jakarta ukuran 12 meter persegi saja, paling murah Rp 500 ribu per bulan.
Mari selalu melihat fakta dan realita. Saring setiap informasi sebelum memberikan penilaian.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H