PRESIDEN Partai Buruh Said Iqbal menggunakan narasi Partai Demokrat untuk menyingkirkan Anies Rasyid Baswedan dari bursa calon presiden (capres) yang akan didukung. Mengapa partai yang dalam berbagai survei memiliki elektabilitas nol koma itu tidak menggunakan isu perjuangan kaum buruh yang dibidik sebagai konstituennya?
Said Iqbal mengatakan, disingkirkannya Anies dari bursa capres dari partainya karena, pertama, Sudirman Said pernah "mengobok-obok" KSPI dan SPN. Tidak dijelaskan kapan dan bagaimana Sudirman Said melakukan hal itu, apakah saat menjadi menteri ESDM Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, atau setelah menjadi anggota tim Anies.
Kedua, Iqbal mengatakan (dikutip lengkap dari kompas.com (13/9/2023),, "Partai Buruh menilai bahwa Anies telah ambil bagian dalam pengkhianatan terhadap Partai Demokrat yang semula mendukung pencapresan Anies dan mendadak ditikung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menyorongkan nama Muhaimin Iskandar".
Dalam sejarah politik Indonesia kontemporer, mungkin baru kali ini ada partai yang menggunakan narasi partai lain sebagai landasan kebijakan politiknya. Seperti diketahui kader dan pengurus, termasuk Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, secara emosional mengatakan partainya dikhianati setelah Anies memilih Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
Padahal untuk mengetahui apakah tudingan yang dilontarkan kader-kader Demokrat benar atau hanya sikap emosional, bisa ditelusuri dengan mudah. Sebab, meski Anies diberi mandat untuk mencari cawapres, setelah dideklarasikan sebagai bakal capres, keputusan akhir tetap ada di tangan penguasa partai Koalisi Perubahan untuk Keadilan (KPP) yakni Demokrat, PKS dan Nasdem.
Silakan lihat wawancara jurnalis Kompas TV Ni Luh Puspa dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Di situ dengan gamblang AHY mengatakan, jika Anies memilih cawapres selain dirinya, maka akan dilihat dulu alasan dan dasar pertimbangnnya apakah sesuai dengan arah perjuangan Demokrat atau tidak.
Jadi jelaslah, bahwa keputusan akhir cawapres Anies ada di partai.
Saat opsi cawapres yang tersedia hanya AHY, Anies sudah menerima dan memberitahukan kepada pemegang penentu di tiga partai koalisi yakni Majelis Tinggi Demokrat, Majelis Syuro PKS dan DPP Partai Nasdem.
Hasilnya, Demokrat sangat setuju karena sesuai keinginannya, PKS menyerahkan sepenuhnya kepada Anies. Sedang Nasdem tidak menolak tetapi meminta agar jangan buru-buru diputuskan karena waktu pendaftaran di KPU masih lama, sambil menunggu opsi lain.
Oleh karenanya bila Anies nekad mengikuti kemauan Demokrat, resikonya Nasdem keluar dari koalisi. Padahal Nasdem adalah partai pertama yang mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres.