Dari uraian di atas, apakah Muhaimin melakukan kudeta terhadap Gus Dur? Atau malah Yenny Wahid yang melakukan kudeta terhadap Muhaimin?
Terlepas mana yang benar, kita miris dengan sikap Yenny setiap menjelang kontestasi elektoral karena justru menggembosi perjuangan PKB yang dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Ingat, PKB bukan hanya milik satu-dua orang, melainkan organisasi politik yang bertujuan mewadahi aspirasi warga Nahdliyin.
Sekarang mari kita lihat kekuatan Yenny Wahid dalam mengarahkan politik warga NU, terutama Gusdurian.
Setelah terlempar dari PKB, Yenny mendirikan partai bernama Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB). Yenny terpilih menjadi ketua umum PKBIB pada 12 Juli 2012. Banyak yang menilai, PKBIB akan menjadi wadah politik Gusdurian sekaligus menggembosi PKB. Faktanya, PKBIB gagal membentuk kepengurusan di daerah sehingga tidak lolos verifikasi faktual KPU. PKBIB pun gagal menjadi peserta Pemilu 2014.
Di sisi lain, Cak Imim mampu membawa PKB menjadi partai dengan perolehan suara terbesar kelima (Pemilu 2019) dengan raihan 13,57 juta suara (58 kursi DPR). Hasil itu sekaligus menempatkan PKB sebagai partai Islam terbesar, mengalahkan PAN, PKS, dan PPP.
Kita menghargai sikap Yenny Wahid sepanjang dimaksudkan untuk memelihara warisan Gus Dur. Sebab Gus Dur telah menjadi milik bangsa, tidak sebatas NU, PKB, apalagi keluarganya, tanpa menghilangkan fakta sejarah bahwa PKB didirikan oleh Gus Dur yang saat itu Ketua Umum PBNU, bersama tokoh-tokoh karismatik NU seperti KH Mustofa Bisri, tahun 1998.
Seruan Yenny Wahid agar Barisan Kader Gus Dur memilih Prabowo atau Ganjar seraya menafikan pasangan Anies - Cak Imin jelas-jelas mereduksi kebesaran Gus Dur jika landasannya dendam masa lalu.
Kita berharap Yenny Wahid dapat meneladani sikap bapaknya yang tidak pernah memperpanjang permusuhan politik seperti dicontohkan kepada Megawati meskipun partainya, PDIP, turut andil dalam pelengseran dirinya dari kursi Presiden.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H