Bagi yang pernah menonton film perbudakan (slavery) seperti 12 Years a Slave, Django Unchained, Belle, dan perbudakan modern di Asia seperti A Land Imagined, Buoyancy serta The Storm Makers, tentu bisa merasakan betapa pahit menjadi orang yang diperjualbelikan.
Film Jermal dari Indonesia, pada kondisi tertentu, juga menceritakan praktek perbudakan modern, bukan sekedar eksploitasi anak. Oleh karenanya, dalam spektrum yang lebih luas, kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang tengah ramai dibicarakan, termasuk dalam varian perbudakan modern itu.
Kita tidak hendak menceritakan kepedihan korban TPPO. Rasanya tidak cukup kata untuk melukiskannya. Oleh karenanya kita mengapresiasi kinerja Satuan Tugas (Satgas) TPPO yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, 5 Juni 2023.
Satgas TPPO berada di bawah Bareskrim Polri dan dipimpin oleh Wakabareskrim. Tugasnya bukan hanya menyelamatkan korban perdagangan orang, namun juga menggulung sindikat dan beking TPPO. Â
Hanya dalam tempo 7 hari (5-11 Juni 2023), Satgas TPPOÂ berhasil membongkar praktek TPPO dengan menyelamatkan 824 orang, termasuk 42 anak perempuan, dan 23 anak laki-laki. Sedang jumlah tersangka yang terlibat dalam TPPO mencapai 212 orang.
Prestasi yang luas biasa dan kita menaruh apresiasi yang setinggi-tingginya.
Namun, di balik prestasi itu, terselip pertanyaan yang menggelitik. Selama ini, sudah berapa banyak korban TPPO? Dan yang paling penting, mengapa tindak perdagangan manusia marak terjadi belakangan ini?
Bukankah ironi ketika penguasa, dan sebagian netizen mengelu-elukan capaian kerja pemerintah di bidang ekonomi, ribuan angkatan kerja justru menjadi korban tindak perdagangan orang?
Sebab akar permasalahan terjadinya TPPO adalah kemiskinan dan pengangguran. Sialnya, selama ini fakta tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia berhasil ditutupi dengan opini yang diciptakan lembaga survei sehingga terkesan kita baik-naik saja.
Padahal jika mau melihat sejenak data-data yang tersaji, sungguh kita tidak sedang baik-baik saja. Mari kita lihat data Badan Pusat Statistik (BPS). Per September 2022, jumlah orang mskin di Indonesia mencapai 26,36 juta orang atau 9,57 persen.