Jokowi boleh saja mendukung dan berharap penggantinya sesuai kriteria yang diinginkan, tetapi tidak boleh menggunakan fasilitas negara, termasuk sumber dayanya, untuk mewujudkan dukungannya.
Kengototan Presiden Jokowi untuk ikut cawe-cawe dalam menentukan penggantinya, justru akan memantik persepsi lain yang mungkin tidak terpikirkan.
Kita tidak yakin Jokowi hanya ingin memastikan keberlangsungan program mercusuarnya. Sebab, seperti sering dikatakan Jokowi, pembangunan IKN Nusantara merupakan amanat undang-undang sehingga siapa pun penggantinya tetap akan melanjutkan program pemindahan Ibu Kota.
Kita justru bertanya-tanya, ada apa sehingga Jokowi begitu "takut" jika penggantinya Anies Baswedan? Benarkah karena label antitesa yang disematkan kepada Anies?
Bukankah jika semua yang dikerjakan selama 9 tahun terakhir baik-baik saja, Jokowi tidak perlu "ketakutan" siapa pun yang akan menggantikan posisinya? Apakah ada hal-hal yang tidak baik selama pemerintahannya sehingga sampai rela "menurunkan" wibawa kepresidenan?
Kita berharap Presiden Jokowi masih mau mengoreksi ketidaknetralannya dalam berpolitik. Dengan demikian, Jokowi tidak perlu risau siapa pun yang kelak menggantikan, apakah Anies, Ganjar, atau Prabowo.
Ketiganya adalah putra-putra terbaik bangsa, sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi satu hal yang pasti, tidak akan ada perubahan dratis dalam ketatanegaraan dan kesinambungan pembangunan selepas Jokowi lengser karena Pilpres adalah satu keniscayaan dalam sistem demokrasi di mana masa jabatan seorang presiden dibatasi oleh waktu (periodisasi).
Beda hal jika sampai terjadi chaos yang melahirkan revolusi. Bukan hanya orang-orang di lingkar kekuasaan yang berganti, bahkan seluruh tatanan ikut berubah. Kita tidak menghendaki hal itu karena ongkosnya terlalu mahal.
Oleh karenanya jangan sampai ada penyelewengan dan pengingkaran terhadap demokrasi, apalagi memanfaatkan kekuasaan untuk melakukan penjegalan terhadap lawan politik seraya mendukung kemenangan golongannya sendiri. Cara-cara demikian pasti kita lawan, sampai kapan pun!
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H