Pertama, ternyata saya "terjebak" pada konsep politik Presiden Jokowi yang sedang mengikis paham Jawasentris. Ingat, salah satu alasan pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan adalah untuk menghilangkan Jawasentris.
Kedua, saya sedang "terjebak" pada jargon-jargon politik bernada rasis yang sempat menggema beberapa waktu lalu bahwa Indonesia tidak harus dipimpin orang Jawa. Ingat, konstitusi kita tidak mengharuskan Presiden Indonesia bersuku Jawa dan saya sepakat akan hal itu.
Ketiga, saya sedang masuk dalam gerbong orang-orang yang menolak politik identitas, seperti baru-baru ini dinyatakan oleh para pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Politik identitas harus dipahami bukan hanya sebatas agama, namun juga suku. Saya menolak politik identitas sehingga saya, dan keluarga besar saya yang bersuku Jawa, tidak wajib memilih capres berdasarkan kesamaan suku, tapi rasionalitas dengan memperhatikan rekam jejak capres.
Keempat, saya "terjebak" ikut andil dalam penulisan sejarah baru Indonesia di mana Pancasila benar-benar sedang diaplikasikan secara baik dan benar dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak bangsa untuk menjadi pemimpin bangsa tanpa melihat latar belakang agama dan sukunya.
Jika Anies bisa terpilih  menjadi Presiden Indonesia, maka ke depan anak-anak suku bangsa non-Jawa tidak perlu "takut" bermimpi menjadi presiden. Tolok-ukurnya tinggal kemampuan, dan sejauh mana gagasan-gagasan yang ditawarkan untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi.
Oleh karenanya, majunya Anies menjadi semacam ujian sejauh mana kita mampu menyingkirkan ego-ego kesukuan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jangan teriak "aku Pancasila" jika pikiran masih terjebak pada labelisasi suku dan agama!
Kelima, ternyata saya "terjebak" bersama orang-orang yang merindukan Indonesia lebih baik yang tercermin dalam narasi dan gagasan-gagasan yang disampaikan Anies Baswedan. Saya berharap hal itu dapat terwujud. Â Â
Sebagai penutup, saya ingin menegaskan bahwa saya bangga andai kelak bisa menjadi bagian dari anak-anak bangsa yang turut meruntuhkan mitos-mitos menyesatkan seputar pilpres di Indonesia.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H