Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Inikah Sosok Cawapres Anies dari Golkar?

2 Mei 2023   08:24 Diperbarui: 4 Mei 2023   07:16 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, Pakde Karwo merupakan kader Partai Golkar, setelah sebelumnya berkiprah di Partai Demokrat. Jika Golkar merestui Pakde Karwo sebagai pendamping Anies, tentu akan memudahkan komunikasi di antara partai koalisi.

Kedua, berbeda dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang memiliki kecenderungan resistensi dengan PKS, Pakde Karwo diyakini dapat diterima seluruh anggota koalisi. Setelah keluar dari Partai Demokrat (2019), Pakde Karwo sempat vakum, sebelum akhirnya memutuskan berlabuh ke Partai Golkar (2022). Dengan demikian, tidak ada istilah Golkar membajak Pakde Karwo dari Partai Demokrat.   

Ketiga, Pakde Karwo adalah sosok nasionalis yang memiliki kedekatan emosianal dengan kyai-kyai kharismatik Nahdlatul Ulama (NU).

Keempat, Pakde Karwo memiliki basis massa yang kuat hingga level grassroot, terutama di Jawa Timur. Seperti diketahui, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang akan menjadi medan pertarungan paling sengit di Pilpres 2024.

Kelima, kehadiran Pakde Karwo di kubu Anies menggenapkan tagline Perubahan untuk Persatuan. Bukan saja persatuan antar sesama oposisi, tetapi persatuan semua anak bangsa baik yang sedang berada di luar, maupun yang tengah berada dalam lingkar kekuasaan. Sebab faktanya Nasdem juga menjadi bagian dari koalisi pemerintah.

Masih ada waktu sekitar 5 bulan sebelum pasangan bacapres dan bacawapres didaftarkan ke KPU sehingga sah menjadi kontestan dalam gelaran elektoral tertajuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Waktu yang tersisa dipastikan akan menaikkan tensi politik tanah air.

Kita berharap, narasi-narasi yang dikembangkan tidak berkutat fitnah dan hoaks. Perdebatan-perdebatan yang dibeber hendaknya lebih substansial, membedah kelebihan dan kekurangan capres berdasar data dan fakta.     

Ingat satu hal ini. Jika jagoannya bagus dan berprestasi, maka dia akan sibuk mengkampanyekan kebaikan dan prestasinya. Sebaliknya, jika jagoannya jelek minim prestasi, maka dia sibuk sebar hoaks dan fitnah lawannya.

Kita ingin dari Pilpres 2024 lahir pemimpin yang disemai dari gagasan kebangsaan, terbebas dari sekat suku dan agama. Kita rindu pada pemimpin yang berjiwa demokrasi, tidak membeda-bedakan anak bangsa atas dasar preferensi politiknya. Sebab negeri ini bukan hanya milik mereka yang berada dalam barisan penguasa.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun