Pertama, Pakde Karwo merupakan kader Partai Golkar, setelah sebelumnya berkiprah di Partai Demokrat. Jika Golkar merestui Pakde Karwo sebagai pendamping Anies, tentu akan memudahkan komunikasi di antara partai koalisi.
Kedua, berbeda dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang memiliki kecenderungan resistensi dengan PKS, Pakde Karwo diyakini dapat diterima seluruh anggota koalisi. Setelah keluar dari Partai Demokrat (2019), Pakde Karwo sempat vakum, sebelum akhirnya memutuskan berlabuh ke Partai Golkar (2022). Dengan demikian, tidak ada istilah Golkar membajak Pakde Karwo dari Partai Demokrat. Â Â
Ketiga, Pakde Karwo adalah sosok nasionalis yang memiliki kedekatan emosianal dengan kyai-kyai kharismatik Nahdlatul Ulama (NU).
Keempat, Pakde Karwo memiliki basis massa yang kuat hingga level grassroot, terutama di Jawa Timur. Seperti diketahui, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang akan menjadi medan pertarungan paling sengit di Pilpres 2024.
Kelima, kehadiran Pakde Karwo di kubu Anies menggenapkan tagline Perubahan untuk Persatuan. Bukan saja persatuan antar sesama oposisi, tetapi persatuan semua anak bangsa baik yang sedang berada di luar, maupun yang tengah berada dalam lingkar kekuasaan. Sebab faktanya Nasdem juga menjadi bagian dari koalisi pemerintah.
Masih ada waktu sekitar 5 bulan sebelum pasangan bacapres dan bacawapres didaftarkan ke KPU sehingga sah menjadi kontestan dalam gelaran elektoral tertajuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Waktu yang tersisa dipastikan akan menaikkan tensi politik tanah air.
Kita berharap, narasi-narasi yang dikembangkan tidak berkutat fitnah dan hoaks. Perdebatan-perdebatan yang dibeber hendaknya lebih substansial, membedah kelebihan dan kekurangan capres berdasar data dan fakta. Â Â Â
Ingat satu hal ini. Jika jagoannya bagus dan berprestasi, maka dia akan sibuk mengkampanyekan kebaikan dan prestasinya. Sebaliknya, jika jagoannya jelek minim prestasi, maka dia sibuk sebar hoaks dan fitnah lawannya.
Kita ingin dari Pilpres 2024 lahir pemimpin yang disemai dari gagasan kebangsaan, terbebas dari sekat suku dan agama. Kita rindu pada pemimpin yang berjiwa demokrasi, tidak membeda-bedakan anak bangsa atas dasar preferensi politiknya. Sebab negeri ini bukan hanya milik mereka yang berada dalam barisan penguasa.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H