Sikap Prabowo juga dapat dimaknai sebagai pengingkaran terhadap dukungan yang telah diberikan simpatisannya untuk memperjuangkan cita-cita bersama. Ingat, mayoritas pemilih Prabowo dalam Pilpres 2019 adalah pendukung PKS dan Demokrat yang beroposisi terhadap pemerintahan Jokowi.
Tidak butuh analisis njelimet untuk mengatakan Prabowo telah ditinggal pendukungnya yang berasal dari kader partai lain. Bahkan mungkin sebagian pemilih Partai Gerindra tidak lagi respek karena sekarang "dipaksa" mengakui keberhasilan Jokowi sementara saat kampanye mengkritik habis-habisan.
Prabowo juga belum tentu diterima oleh pendukung Jokowi yang sebagian di antaranya masih menyisa luka akibat perdebatan-perdebatan tajam dengan pendukung Prabowo selama gelaran Pilpres 2019. Andai terjadi head to head antara Prabowo melawan Ganjar, haqul yakin, pendukung Jokowi dan pemilih PDIP akan berada di sisi Ganjar. Â
Kesediaan Prabowo menjadi cawapres Ganjar juga dapat dilihat sebagai bentuk kegamangannya menatap Pilpres 2024. Hasil survei sejumlah lembaga yang menempatkannya dengan elektabilitas tinggi, masih diragukan. Bahkan kita menduga, ada permainan di balik survei dengan tujuan agar Prabowo terbuai sehingga mau nyapres lagi. Dengan demikian perahu Gerindra tidak dinaiki Anies.
Sekedar saran, dari pada hanya menjadi cawapres, sementara jika maju sebagai capres berpotensi dipermalu untuk keempat kalinya, sebaiknya Prabowo mulai memikirkan dengan serius untuk mengambil peran sebagai king maker, syukur guru bangsa.
Pengalamannya di militer, partai dan sekarang pemerintahan, bisa ditularkan kepada generasi muda. Tentu minus cerita pahit di balik rentetan kekalahannya. Â
Salam @yb