Sebagai satu-satunya partai yang dapat mengusung pasangan capres dan cawapres tanpa berkoalisi karena sudah memiliki 22 persen kursi di DPR, perahu PDIP diyakini akan digunakan untuk mengusung kader sendiri.
Persoalan timbul ketika Ganjar mendapat "dukungan kuat" dari lembaga survei. Meski elektabilitas gubernur Jawa Tengah itu masih di bawah Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, pendukungnya terlihat ingin menggunakan elektabilitas Ganjar sebagai modal untuk "memaksa" PDIP.
Ganjar juga telah memiliki pendukung dan bahkan kelompok relawan di berbagai daerah. Ganjar yang rajin berkunjung ke daerah, juga sering mendapat sambutan meriah dengan teriakan "presiden".
Ada juga beberapa kader akar rumput PDIP yang telah menyuarakan dukungannya kepada Ganjar dan memilih keluar barisan ketika dilarang sehingga membuat berang Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang "Pacul" Wuryanto.
Bambang Pacul juga sempat menuding Ganjar kurang njawani, dan telah membangun pasukan media sosial untuk menaikkan elektabilitasnya.
Di sisi lain, Megawati dengan naluri keibuannya dan keinginannya agar perempuan sejajar, tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk mendorong Puan sebagai capres PDIP. Jika bukan sekarang, kapan lagi?
Penolakan keras PDIP terhadap wacana perpanjangan masa jabatan presiden melalui amandemen UUD 1945, adalah contoh yang dapat dibaca ke arah sana. Bukankah jika masih menghendaki presiden laki-laki, Megawati mestinya setuju dengan ide perpanjangan masa jabatan presiden sehingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang notabene kader PDIP, dapat melanggengkan kekuasaannya?
Sulit dipungkiri, sampai saat Jokowi masih memiliki elektabilitas paling tinggi meski berbagai persoalan di pemerintah, utamanya di bidang ekonomi, terkesan morat-marit. Ingat, survei-survei yang menempatkan Prabowo dan Ganjar di posisi teratas tidak menyertakan Jokowi.
Dari kontruksi demikian, maka akhirnya kita justru memiliki kesimpulan lain terkait seruan Megawati agar menempatkan perempuan secara sejajar, tidak hanya disuruh ndeleng.
Setelah hampir 8 bulan elit PDIP mengkritik Ganjar, kini Megawati turun langsung dengan "mengusir" kadernya yang bangga dengan hasil survei dan bermain dua kaki. Tidak sulit untuk menebak siapa sosok yang disasar Megawati.
Sikap tegas dan keras Megawati tidak terlepas dari pertemuannya dengan Jokowi setelah sebelumnya sempat diisukan retak seperti dalam ulasan ini.