Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Dukung Mahfud Jadi Pengamat Sinetron

16 Juli 2021   18:39 Diperbarui: 16 Juli 2021   18:40 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Polhukam Mahfud Md. Foto: kompas.com

Tidak diduga.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md menemukan kelemahan mendasar dalam cerita sinetron Ikatan Cinta di TV. Mari kita mengapresiasi dan mendukung Mahfud menjadi pengamat sinetron sehingga kursi menko bisa diisi oleh tokoh yang lebih memiliki sense of crisis.

Kita tidak menyalahkan Mahfud. Sebagai pejabat yang melayani negara, beliau tentu lelah dan ingin mencari hiburan. Terlebih di tengah PPKM darurat di mana banyak kantor yang melakukan kebijakan work from home (WFH).

"PPKM memberi kesempatan kepada saya nonton sinetron Ikatan Cinta. Asyik juga sih, meski agak muter-muter," cuit Mahfud di akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd.

Tidak mau kalah dengan emak-emak, Mahfud pun memberi ulasan. Mungkin biar terlihat keilmuannya, Mahfud menyoroti kerancuan penerapan hukum pidana yang menjadi latar dalam satu scene atau mungkin episode. Mohon maaf ketidaktahuan penulis.

Sebab meski lebh lama WFH, penulis belum pernah nonton dan tidak tertarik untuk menonton sinetron tersebut karena tidak mempunyai gaji yang dibayar pakai uang rakyat sehingga harus tetap bekerja agar tetap bisa makan. Posisi penulis hanya beda tipis dengan penjual kopi pinggir jalan yang harus begadang meski di tengah rasa cemas tertular virus.

Tentu kita juga mendukung andai nanti Mahfud menggelar tumpengan manakala alur ceritanya sesuai ekspektasinya seperti yang dilakukan emak-emak garis keras di beberapa daerah.

Oleh karenanya tulisan berikut adalah gambaran ideal seorang pejabat di tengah situasi krisis. Tidak dimaksudkan untuk mengkritik Mahfud, melainkan bersifat umum. Sebab seperti diuraikan di atas, penulis yakin beliau pantas dan memiliki kapasitas untuk menjadi pengamat sinetron.

Krisis yang terjadi saat ini bukan hanya faktor kesehatan yang ditandai dengan banyaknya orang sakit dan meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona, tingginya laju sebaran Covid-19, kondisi rumah sakit yang nyaris kolaps, serta kelelahan akut yang dialami tenaga kesehatan.

Dampak ikutan krisis (bahasa halusnya darurat) yang terjadi saat ini sudah mempengaruhi ekonomi. Banyak warga bangsa yang menganggur, menutup usaha baik karena bangkrut maupun imbas aturan PPKM darurat, dan kebingungan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar. Bantuan dari pemerintah seperti kita ketahui bersama, sangat minim. Itu pun tidak diterima setiap saat.

Dalam situasi seperti ini, rakyat menanti hadirnya kebijakan-kebijakan yang cepat dan tepat. Bukan retorika. Bukan pula aksi heroisme bak pahlawan yang mendatangi satu-dua rumah sambil menenteng sembako di bawah sorot kamera.  

Rakyat membutuhkan suar sebagai penanda arah di tengah keputusasaan dan kegelapan. Membutuhkan kebijakan yang komprehensif, jelas, dapat diikuti dan memberi kepastian. Jika memang harus di rumah, beri batasan yang jelas. Hai rakyat, silakan di rumah selama dua minggu, setelah itu semua masalah selesai.

Pemimpin dan pemangku kebijakan seperti itu yang kini dibutuhkan. Bukan pemimpin yang asyik menghibur diri di tengah jeritan rakyatnya. Silakan makan sampai kenyang, minum sampai puas, menonton sampai masyuk dan tidur dengan nyenyak di samping nyonya besar.

Tetapi tolong jangan ditunjukan kepada rakyat yang sedang panik karena dirinya, keluarganya, tetangganya, sahabatnya,  tengah berjuang melawan penyakit. Jangan umbar di depan rakyat yang sedang tidak bisa tidur nyenyak karena ketakutan terjangkit penyakit, ketakutan esok tidak bisa makan.

Tidak elok. Benar-benar tidak punya tepo seliro.

Jika tujuannya untuk mengalihkan perhatian, mengajari rakyat untuk melupakan derita dengan menonton sinteron yang hidup di negeri utopia, tolong lakukan dengan lebih halus agar rakyat tidak merasakan pedihnya.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun