Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inikah Jenderal yang Ingin Mengkudeta Demokrat?

1 Februari 2021   19:46 Diperbarui: 1 Februari 2021   22:24 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto ilustrasi. Sumber: tribunnews.com

KSP juga sering diidentikan sebagai lembaga kajian (think thank) politik Jokowi, bahkan pernah dituduh menjadi pengendali buzzer. Deputi V Kantor Staf Presiden Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM Jaleswari Pramodhawardani membantah tudingan penggunaan jasa pendengung melainkan hanya menggunakan jasa narasumber berpengaruh atau influencer.

Apakah berarti Moeldoko yang dimaksud AHY dan Jansen? Belum tentu. Bahkan mungkin bukan yang dimaksud Demokrat. Terlebih masih ada jenderal lain di lingkar Presiden Jokowi yakni Budi Gunawan (kepala BIN) dan Tito Karnavian (Mendagri) yang berasal dari kepolisian. Hanya saja keduanya juga jauh dari clue yang dibeber Jansen. 

Ataukah pejabat  yang dimaksud Demokrat tidak duduk di kabinet, namun di belakang layar seperti Dewan Pertimbangan Presiden atau badan lainnya seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)?  

Kita berharap nantinya Demokrat mau merilis nama tokoh yang dimaksud agar tidak menjadi bola liar di tengah masyarakat. Namun demikian, andai pun sudah dirilis secara resmi, belum tentu juga tudingan itu benar. Masih harus dibuktikan kesahihannya.

Salam @yb

Note: 

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra sudah memberikan penjelasan bahwa sosok yang dimaksud AHY adalah Kepala KSP Moeldoko. Sementara dikutip dari kompas.com, Moeldoko mengaku pernah kedatangan sejumlah kader Demokrat. Moeldoko tidak keberatan dengan guliran isu tersebut namun mewanti-wanti agar tidak dikaitkan dengan Presiden Jokowi yang disebutnya tidak tahu-menahu hal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun