Keberadaan buzzer atau influencer di media sosial itu keniscayaan dalam konteks kekinian di mana sebagian besar aktifitas umat manusia dilakukan di internet. Tetapi sungguh sulit dipahami jika pemerintah mempekerjakan buzzer untuk tujuan di luar promosi kebijakan dan keberhasilan pemerintahannya.
Jika buzzer dibentuk dengan tujuan untuk "menghabisi" pihak-pihak yang berbeda pendapat dengan kelompoknya- terlebih andai kelompok dalam konteks ini adalah pemerintah, tentu sangat disayangkan.
Alasan untuk menangkal fitnah, masih dapat dipahami. Masyarakat membutuhkan informasi berimbang. Tetapi tidak jika tujuannya untuk menghabisi hingga anak keturunan pihak-pihak yang sedang berbeda pemikiran dengan pemerintah.
Sayangnya apa yang kita lihat, kita rasakan, sekarang ini buzzer-buzzer seperti Abu Janda, sudah jauh meninggalkan etika, moral. Panasnya situasi politik yang tidak menurun setelah Prabowo Subianto yang menjadi rival Presiden Joko Widodo dalam dua gelaran pilpres terakhir, mungkin saja karena ulah buzzer-buzzer seperti Abu Janda.
Kita tidak menafikan ada kelompok intoleran, mereka yang menggunakan hoaks untuk menyerang kubu pemerintah. Kita mendukung tanpa terkecuali, untuk menangkal dan memproses hukum orang-orang tersebut.Â
Tetapi tidak dengan  cara menyerang keyakinannya, tidak pula fisiknya. Karena jika yang diserang keyakinannya, fisiknya, tentu akan menyinggung orang-orang yang sama keyakinannya, sama fisiknya.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H