Belum usai geger pohon mengeluarkan air mata, muncul fenomena serupa yakni pohon menangis.
Konon setiap malam pohon yang ditanam di halaman masjid Petukangan, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan itu mengeluarkan "air mata". Sementara pohon di Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, mengeluarkan tangisan nan menyayat.
Jika pohon rambutan di Pekalongan hanya mengeluarkan "air mata", maka pohon akasia di Jember mengeluarkan suara mirip tangisan bayi. Warga yang penasaran pun mendatangi pohon-pohon itu dan mencoba mendengarkan tangisan atau sekedar mendapatkan air matanya.
Fenomena atau pertanda apakah ini?
Terlebih saat ini masyarakat tengah digegerkan dengan kemunculan atau setidaknya klaim pihak-pihak yang mengaku sebagai keturunan raja zaman dahulu.Â
Mereka lantas mengukuhkan diri sebagai raja penerus Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Â Kerajaan Jipang di Blora, Kasultanan Pajang di Sukoharjo, Kasultanan Selaco di Tasikmalaya hingga Sunda Empire yang mengklaim beranggotakan 54 negara dengan pusat di Bandung.
Secara umum, sangat mungkin kemunculan fenomena tersebut berkaitan dengan kondisi sosial politik saat ini. SebagaI katarsis dari ketidakberdayaan, keputusasaan masyarakat menghadapi berbagai persoalan. Â
Biasanya, orang-orang berhalusinasi pada sesuatu yang dianggap dapat membebaskan dirinya dari kesulitan akibat himpitan ekonomi atau hal-hal lainnya.Â
Dapat juga karena ingin eksis dan mendapat pengakuan dari masyarakat secara cepat sebagai seseorang yang memiliki kedudukan dan pengaruh.
Klaim diri sebagai keturunan raja-raja di masa lalu, adalah jalan paling mudah karena kerajaannya telah punah dan banyak di antaranya tidak diketahui keturunannya.Â