Presiden Joko Widodo kembali memberikan target kepada Polri terkait penuntasan kasus penyerangan terhadap penyidiik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Kali ini Jokowi memberikan target pengungkapan pelakunya dalam hitungan hari.
Presiden Jokowi optimis hal itu bisa dilakukan setelah menerima laporan dari Kapolri Jenderal Idham Azis. Menurutnya, sudah ada temuan baru yang mengarah pada kesimpulan.
"Saya tidak bicara masalah bulan. Kalau saya bilang secepatnya berarti dalam waktu harian," kata Jokowi seperti dikutip dari KOMPAS.com
Ini merupakan target Jokowi yang ketiga kalinya. Target pertama diberikan kepada Kapolri (terdahulu) Tito Karnavian. Setelah 27 bulan dari peristiwa penyerangan terhadap Novel Baswedan, Â Jokowi memberi target 3 bulan kepada Tito -- kini Menteri Dalam Negeri, untuk mengungkap pelaku penyerangan.
Meski telah membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF), target presiden tidak terpenuhi. Laporan TGPF justru terkesan memojokkan Novel Baswedan yang disebut menggunakan kewenangan secara berlebihan. Bahkan anehnya, TGPF menyimpulkan ada unsur balas dendam sebagai motif penyerangan padahal pelakunya belum terungkap.
Jika itu hanya asumsi anggota TGPF tentu sangat disayangkan karena tim dibentuk untuk mencari fakta, bukan asumsi-asumsi yang tidak bisa dijadikan alat bukti di depan hukum.
Saat melantik Idham sebagai Kapolri, 1 Oktober lalu, Jokowi memberi target penuntasan kasus Novel sampai awal Desember 2019. Namun, kembali target yang diberikan presiden tidak berhasil dipenuhi Polri. Â
Kini apakah target harian dapat terpenuhi? Bukan saja tidak yakin, tetapi justru kekuatiran akan muncul "plot' baru untuk menandingi gemanya. Bukan hal baru ketika upaya penuntasan kasus Novel disuarakan, akan muncul kontra opini. Terakhir, kasus ini coba dikaburkan melalui opini dugaan rekayasa yang dibangun politisi PDI Perjuangan Dewi Tanjung.
Penggiringan opini tersebut kemungkinan ingin meniru (keberhasilan) isu taliban di KPK yang riuh di medsos dan digunakan kubu pro-koruptor sebagai alas untuk melakukan serangan balik. Â
Kita tidak bisa tunjuk hidung siapa dalang di baliknya. Tetapi kita meyakini jika kontra opini itu dibangun oleh elit tertentu yang merasa dirugikan jika pelaku penyerangan terhadap Novel terungkap.
Kita merasa kasihan kepada Presiden Jokowi jika perintahnya, berupa tenggat waktu yang diberikan kepada Polri, kembali meleset. Bukan hanya akan menyandera periode kedua Jokowi, namun juga ada wibawa presiden yang dipertaruhkan.
Target, bahkan janji presiden, tentu tidak sama dengan sabda raja yang tidak boleh dicabut atau diingkari (sabdo pandhito ratu). Tetapi jika terlalu sering meleset, berpotensi melahirkan banyak pertanyaan: apakah ada pengabaian terhadap perintah presiden? apakah pelakunya memiliki kekuatan melebihi presiden? Â
Kita mendukung upaya penuntasan yang akan segera digeber Polri dalam hitungan hari ke depan. Kita pun berharap presiden tidak akan memberikan target keempat, kelima atau bahkan keenam karena akan mengesankan hanya sebagai upaya mengulur waktu.
Penuntasan kasus Novel sangat penting karena kita meyakini itu bukan serangan terhadap pribadinya semata, melainkan serangan terhadap upaya pemberantasan korupsi yang merupakan amanat reformasi.
Upaya pelemahan KPK secara sistematis baik melalui kekuatan politik di DPR dan juga fitnah di medsos, harus dilawan jika memang benar kita ingin memberantas korupsi. Jika pun akan dilakukan evaluasi terhadap kinerja KPK seperti disampaikan Jokowi usai menghadiri peringatan Hari Antikorupsi Sedunia di SMKN 57 Jakarta, lakukanlah segera. Kita mendukung sepanjang bertujuan untuk memperkuat, untuk mengembalikan marwah KPK, bukan yang lain.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H