Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pahami Tiga Poin Pernyataan Agnez Ini agar Terhindar Baper

27 November 2019   01:43 Diperbarui: 27 November 2019   11:50 8004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyanyi Agnez Mo membuat pengakuan jujur. Ketika  diwawancara Build Series by Yahoo, mantan penyanyi cilik ini mengatakan dirinya hanya lahir di Indonesia, tapi tidak memiliki darah Indonesia.

"Sebenarnya, aku tidak punya darah Indonesia atau apapun itu. Aku (berdarah) Jerman, Jepang, China, dan aku hanya lahir di Indonesia," cetus Agnez menjawab pertanyaan host Kevan Kenney.

Agnez menyebut dirinya yang beragam Kristen bukan bagian dari mayoritas di Indonesia yang Muslim.  Agnes menyebut orang-orang menerima apa adanya, meski selalu ada perasaan dirinya berbeda  dengan yang lain.

Dalam klarifikasinya melalui akun Instagram, setelah pernyataannya menjadi kontroversi, Agnes berujar, "Aku akan selalu jujur dan berujar kepada dunia bagaimana seorang minoritas sepertiku diberi kesempatan untuk memiliki dan mengejar mimpi. "

Pernyataan terbuka Agnez mematik reaksi beragam. Umumnya sangat menyayangkan dan menganggap sebagai aktualisasi sikap kurang nasionalis. Bahkan jika sandingkan  dengan cerita Malin Kundang, Agnez disebut durhaka terhadap Ibu Pertiwi.

Namun banyak juga yang membela, termasuk Kepala Staf Kepresidenan Moldoko dan perancang busa Anne Avantie.

Untuk bisa dapat memahami pernyataan Agnez secara komprehensif, tentu bukan hanya sekedar dengan membaca atau mendengar utuh wawancara dan klarifikasinya. Kita harus melihat dalam lingkup yang lebih luas, termasuk kondisi sosial politik saat ini.

Sebab, meski Agnez bukan politisi, namun pernyataannya sudah memasuki ranah sosial politik, setidaknya memiliki dampak politik. Bahkan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana sampai meminta agar pihak terkait memeriksa status kewarganegaraan dan visa Agnez.  

Setidaknya ada tiga poin utama dalam pernyataan Agnez. Pertama, Agnez berbicara kepada orang asing (host) dengan asumsi untuk audiens asing. 

Agnez tengah mengatakan dirinya minoritas dan bukan "orang asli" Indonesia namun diterima dan diperlakukan dengan baik. Diberi kesempatan untuk mewujudkan mimpi tanpa harus mengubah jati dirinya.

Ada pengakuan dan pujian luar biasa terhadap sikap toleran kelompok mayoritas di Indonesia, yang dalam konteks ini adalah Muslim. Bahwa Agnez tetap merasa dirinya berbeda, itu tidak mengurangi apresiasi terhadap warga mayoritas.

Kedua, pernyataan Agnez, mungkin tanpa disadari,  mematahkan upaya kelompok tertentu untuk menghilangkan dikotomi pribumi dan non-pribumi. Agnez tengah menegaskan ada kelompok asli (berdarah Indonesia)  dan ada kelompok lain yang hanya "menumpang lahir" seperti dirinya. Tidak perlu mengaburkan fakta itu.

Poin ini mestinya memuaskan kelompok yang meyakini ada penduduk asli Indonesia dan pendatang. Justru kelompok yang sedang getol mengkampanyekan tidak ada penduduk pribumi di Indonesia, salah satunya melalui proyek tes DNA dengan relawan sejumlah nama top seperti Najwa Shihab, Ariel NOAH hingga Ketua Umum PSI Grance Natalia, yang mestinya "marah" dengan pernyataan Agnez.

Pernyataan Agnez juga sejalan dengan celetukan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat pembukaan kongres di Bali. Ketika menyebut nama Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), Megawati mengatakan namanya memang Ahok,tidak perlu diganti Basuki. Sebab Pancasila menghargai keragaman.

"Mau namanya Aseng, mau Ahok, mau Badu, kalau dia warga Indonesia, ya sudahlah," kata Megawati.

Kita tetap menghargai orang-orang yang hanya "menumpang lahir" namun ber-KTP Indonesia, sepanjang mereka juga tidak mengutak-atik keberagaman yang ada. 

Tidak perlu hanya demi mendapat pengakuan kelompoknya sebagai warga sah yang memiliki hak politik setara, lantas menafikan eksistensi orang Jawa, Sunda, Dayak, Melayu, Menado,  Batak, Sasak, Papua, Bali dan lain-lain sebagai penduduk asli Indonesia.

Bahwa DNA Paijo, Painem dan Bedul bersilang dengan DNA dari Timur Tengah, Eropa atau Rusia, bukan berarti tidak ada penduduk asli Indonesia. Sebab jika sekarang dilakukan tes DNA terhadap orang-orang Jepang, percayalah, hasilnya pun tidak ada yang 100% ber-DNA Jepang.

Demikian juga jika tes DNA dilakukan terhdap orang China, Rusia, India dan lain-lain. Namun fakta itu tidak bisa dijadikan alas argumen bahwa tidak ada orang Jepang asli, India asli, atau China asli.

Uraian selengkapnya silakan baca di sini: Tes DNA dan Upaya Pengaburan Identitas Kebangsaan.

Ketiga, Agnez masih merasa berbeda dengan yang lain. Dari banyak tafsir atas pernyataan tersebut, kita lebih meyakini ungkapan itu terkait ketidaknyamanannya sebagai minoritas.

Jika benar demikian, maka ini bukan hanya tugas mayoritas untuk membenahinya, namun juga minoritas. Jangan sedikit-sedikit menyalahkan mayoritas.

Dalam beberapa kasus, semisal isu intoleran, tidak sedikit warga mayoritas yang justru merasa dizalimi. Pelabelan rasis sungguh menyakitkan karena tidak sesuai fakta. Coba bayangkan apa yang terjadi jika semua Muslim Indonesia berrsikap rasis, intoleran.  

Bahwa ada satu dua kelompok yang bersikap demikian, harus juga dipahami bahwa hal itu juga muncul di negara lain yang mayoritasnya bukan Muslim. Hal demikian itu tidak bisa dijadikan dasar untuk mengeneralisir bahwa warga mayoritas sebagai rasis.

Jadi, daripada sibuk mengecam pernyataan jujur  Agnez Mo, alangkah lebih baik jika kita menggunakannya sebagai momentum untuk melihat ke dalam tanpa disertai prasangka negatif, apalagi narasi-narasi politik dengan tujuan jangka pendek.  

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun