Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Surat Tantangan untuk Kompasianer

25 November 2019   14:39 Diperbarui: 25 November 2019   19:13 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Nurulloh lantas menanggapinya (menurutku) dengan baik.

Tetapi sejak komentarku itu, dari 9 tulisanku (satu dihapus karena aku narasikan di YouTube), tidak  ada satu pun yang menjadi headline.

Tahan dulu beropininya., dan baca penjelasannya hingga tuntas.

Selama aku aktif, setidaknya sejak 2017 ketika aku mendapat award Best In Opinion, tidak pernah terjadi tulisanku tidak diberi headline secara beruntun hingga 5 tulisan. Artinya, dalam setiap 5 tulisan, minimal ada satu tulisanku yang diberi label headline.   

Aku tidak pernah berharap hal itu. Bagiku, label headline adalah hak prerogatif admin. Berbeda dengan label pilihan. Aku termasuk yang sangat setuju  tulisan pemilik centang  biru langsung diberi label pilihan karena dia telah melalui serangkaian "ujian". Bukan hanya kualitas karyanya, namun juga data diri secara lengkap sehingga dapat menjadi jaminan bagi admin manakala tulisannya "menyimpang" dari ketentuan yang diberlakukan atau bermasalah dengan pihak luar.    

Jika ada yang menyebutnya kebijakan itu bersifat diskriminatif, maka tinggal tanyakan apakah ada pembatasan bagi Kompasinaer untuk mendapatkan centang biru?  Silakan berkarya yang baik dan penuhi semua persyaratan, maka centang biru pun akan menjadi hak kita. Jangan karena tidak mau memenuhi hal itu lantas menyalahkan pihak lain.

Setelah 9 tulisan di bulan Oktober tidak ada yang mendapat headline, aku lantas bertanya pada diriku sendiri, di mana salahnya? Secara topik, masih aktual.  Kualitas juga tidak berbeda dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Dari jumlah pembaca pun, masih tetap tinggi. Bahkan meski "hanya" 5 yang mendapat label headline, dari 19 tulisan yang aku posting selama bulan Oktober,   K-reward yang aku terima hanya kalah dari tulisan yang viral dengan selisih sangat tipis. Mengalahkan beberapa Kompasianer yang sangat produktif dan Kompasianer "penguasa headline".

Jadi aku bertanya-tanya, apakah ini "hukuman" akibat komentar di lapak Pak Nurulloh, ataukah selama ini tulisanku memang berkualitas "kaleng-keleng" sehingga tidak masuk dalam kriteria semangat baru yang tengah diusung para punggawa Kompasiana?

Aku butuh sekali jawaban itu. Bukan karena aku baper tidak diberi label headline tetapi karena ini sesuatu yang tidak biasa. Jika karena alasan pertama, maka aku tidak mau lagi mengomentari tulisan admin, siapa pun dia. Jika karena alasan kedua- tulisanku masih di bawah standar Kompasiana, maka aku akan belajar menulis lagi, dan kelak setelah (merasa) bisa memenuhi ekspektasi admin Kompasiana, baru akan kembali.

Tentu aku tersanjung dengan semangat yang ditebar Mas Hadi Santoso. Tetapi alangkah elok jika kepergian beberapa Kompasianer setelah meraih award, tidak dikaitkan dengan aku. Atau (kali ini) aku yang baper?

Salam hangat

@yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun