Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tokoh-Tokoh Tenar Ini Tidak Masuk Kabinet

17 Oktober 2019   11:01 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:33 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno, salah satu tokoh yang kemungkinan tidak masuk Kabinet Kerja II. Foto: KOMPAS.com

Nama Sandiaga Uno banyak disebut akan masuk ke Kabinet Joko Widodo -- Ma'ruf Amin. Mantan Cawapres itu konon akan diplot sebagai menteri BUMN.

Isu itu kian kencang setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui Presiden Jokowi, setelah sebelumnya bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Prabowo lalu bersafari politik untuk "meminta izin" ketua-ketua umum partai pengusung Jokowi-Ma'ruf.

Masuknya Gerindra ke kabinet mendatang suatu keniscayaan jika melihat konstelasi politik saat ini. Jokowi membutuhkan kabinet yang kuat untuk melanjutkan program kerja yang sudah dimulai sejak 5 tahun lalu.

Tetapi spekulasi masuknya Sandiaga sama sekali tidak didukung realita politik kekinian. Sebab berulang-kali mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu menyatakan ketidaksediaanya masuk kabinet.      

Jika pun karena ada hal luar biasa atau perintah langsung dari Prabowo yang memaksa , Sandiaga juga tidak akan duduk di kursi menteri BUMN. Mengapa? Sebab kursi empuk itu, bersama kursi menteri Dalam Negeri, sudah menjadi jatah PDIP. Meski selalu disangkal, namun keberadaan ratusan BUMN tetap tidak bisa steril dari kepentingan partai penguasa.

Tokoh tenar lain yang tidak akan masuk kabinet adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Alasan utamanya adalah untuk menghindari timbulnya gejolak politik, bukan saja dari eksternal, namun juga internal kabinet.

Untuk Ahok, masih ada tambahan argumen yakni penugasan yang diberikan Megawati. Sebagai kader PDIP, masuk-tidaknya Ahok sangat tergantung dari Megawati. Padahal saat ini Ahok tengah mendapat penugasan khusus dari partai untuk "menggarap" Nusa Tenggara Timur yang kini dikuasai kader Nasdem.

Bagaimana dengan Grace Natalie. Banyak catatan politik Ketua Umum PSI itu yang bersebrangan dengan PDIP dan partai pendukung Jokowi lainnya, terutama PPP dan PKB. Isu Islam yang sering dicuatkan Grace dan teman-temannya cukup "mengganggu" basis konstituen PPP dan PKB.

Jika pun Jokowi ingin "berbalas budi" atas dukungan PSI, kemungkinan Grace akan diplot untuk menduduki posisi di luar kabinet, semisal kepala unit kerja presiden bidang sosial politik.

Salah satu penyebab mengapa Jokowi tidak juga mengumumkan kabinetnya, padahal disebut sudah final, diduga karena Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Nama putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono(AHY) itu sempat terlempar setelah  Gerindra mengisyaratkan bergabung.

Hal itu yang membuat SBY bergegas ke Istana sehingga nama AHY kembali masuk perhitungan. Tetapi jika Gerindra benar-benar bergabung, dipastikan AHY akan gigit jari. Selain Gerindra memiliki kursi lebih banyak dan secara ketokohan untuk saat ini Prabowo lebih moncer dibanding SBY, Jokowi juga harus "mendengar" suara dari Kebagusan.

Upaya keras Megawati mendorong Prabowo masuk kabinet, sampai harus "bermusuhan" dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, tentu tidak bisa diabaikan begitu saja.

AHY hanya mungkin mendapat posisi kursi badaan atau organisasi lain setingkat menteri, andai Demokrat pasrah bongkotan.  

Tokoh tenar yang juga sulit masuk kabinet adalah Najwa Shihab. Nama jurnalis ini sudah sering disebut setiap kali ada isu reshuffle Kabinet Jokowi-JK. Tetapi Nana, demikian panggilan akrabnya, "terlalu pintar", sesuatu yang tidak dibutuhkan dalam sebuah kabinet yang bekerja secara kolektif untuk menyukseskan visi-misi presiden.

Nana juga tidak memiliki background yang dibutuhkan Jokowi karena bukan orang partai dan tidak mewakili kelompok tertentu.

Bagaimana dengan Tsamara Amany? Jika Jokowi membutuhkan "pemukul", nama kader PSI ini kemungkinan bisa masuk. Tetapi dengan telah bergabungnya hampir seluruh kekuatan politik, minus PKS, saat ini Jokowi tidak membutuhlkan figur demikian.

Anda punya referensi lain? Silakan dikemukakan dengan nalar dan persepsi masing-masing sambil menunggu susunan Kabinet Kerja II yang disebut Jokowi akan diumumkan paling lambat sehari setelah pelantikan tanggal 20 Oktober 2019.  

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun