Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tes DNA dan Upaya Pengaburan Identitas Kebangsaan

17 Oktober 2019   08:41 Diperbarui: 17 Oktober 2019   20:35 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grace Natalie, Ariel NOAH, Najwa Shihab. Foto: Istimewa

Dalam kaitan politik, maukah China dipimpin oleh warganya yang keturunan Jepang atau Rusia? Maukah masyarakat Inggris dipimpin oleh warga Inggris keturunan China?

Jangan dicontohkan wilayah kota atau kabupaten karena yang tengah dibahas terkait negara. Jika menggunakan rujukan Wali Kota London yang berdarah Arab, sudah banyak wilayah di Indonesia setingkat kota/kabupaten yang dipimpin oleh orang-orang yang disebut keturunan baik Tionghoa  maupun Arab, bahkan jauh sebelum Shadiq Khan atau orang-orang non-Inggris  menjadi pemimpin di negeri yang sering menjadi rujukan demokrasi tersebut.

Teori silang DNA yang kemudian digunakan sebagai pembenar tidak adanya pribumi Indonesia cacat pemahaman sepanjang tidak menyimpulkan hal serupa untuk negara-negara lain. Sebab DNA manusia modern Afrika sangat mungkin juga sudah bercampur. Apakah hal itu lantas bisa dijadikan pembenar tidak ada pribumi di Afrika?

Kita melihat ada upaya pengaburan identitas kebangsaan yang tengah diperjuangan kelompok tertentu dengan motif politik. Sebab selama ini ada segelintir orang yang merasa tergganggu dengan isu pribumi, dan bahkan dianggap sebagai penghalang kaumnya menjadi pemimpin politik di Indonesia.

Mengapa tidak mencoba berdamai dengan fakta-fakta yang ada? Bahwa suku bangsa itu ada dan mereka mendiami satu kawasan tertentu sebagai sebuah keniscayaan. Jika suku bangsa lain datang ke kawasan itu dan ingin menjadi penguasa, mengapa tidak membaur sambil meyakinkan warga yang sudah ada sebelumnya jika mereka tidak akan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari negeri leluhurnya, tidak akan mengganti budaya yang ada dengan budaya leluhurnya.

Yakinkan dan buktikan saja dengan perilaku, bukan dengan cara memanipulasi sejarah. Orang Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan lain-lain sangat permisif dan tidak mempersoalkan siapa yang akan menjadi pemimpinnya sepanjang dia benar-benar tulus. Tidak menggunakan kekuasaan yang didapat demi memuluskan cita-cita kaum saja.

Jangan selama ini hidup ekslusif --hanya bergaul dengan kaumnya, lalu tiba-tiba ingin menjadi pemimpin bagi semua golongan dengan membangun narasi siapa saja yang tidak memilih dirinya sebagai kelompok rasis.

Jika hal-hal semacam itu yang terus didengungkan, jangan sesali jika pada akhirnya akan mendapat reaksi balik, yang mungkin saja tidak terduga.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun