Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Dosa Amien Rais dan Arah Politik PAN

26 Desember 2018   12:47 Diperbarui: 27 Desember 2018   15:29 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kandang Partai Amanat Nasional mendadak gaduh. Bukan karena sejumlah politisinya tersandung korupsi, namun karena sosok Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais yang dianggap terlalu dominan sehingga mengebiri manajemen partai.

Kegaduhan diawali beredarnya surat pengunduran diri Bendahara Umum  PAN Nasrullah. Dalam keterangannya, Nasrullah menyebut alasan pengunduran dirinya karena tidak cocok dengan model manajemen di DPP. Menurutnya, saat ini mekanisme kepartaian tidak berjalan dengan baik, bahkan setiap pengurus berjalan semaunya sendiri.

Langkah Nasrullah ternyata bersambut dengan aspirasi para pendiri PAN. Lima pendiri PAN yakni Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Toeti Heraty, dan Zumrotin mendesak agar Amien Rais mundur dan menyerahkan sepenuhnya kiprah kepada generasi muda, melalui sebuah surat terbuka. Menurut mereka, Amien Rais cukup menjadi penjaga moral dan keadaban bangsa.

Selain itu mereka juga menyinggung peran PAN sebagai partai yang bersih dari noda-noda orde baru dan bertujuan menciptakan kemajuan bagi bangsa. PAN merupakan partai reformasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan menegakkan demokrasi setelah 32 tahun di bawah kekuasaan absolut orde baru yang korup dan otoriter.

Para pendiri PAN tersebut lantas membeber "dosa-dosa" Amien Rais di antaranya cenderung semakin eksklusif, tidak menumbuhkan kerukunan bangsa dalam berbagai pernyataan dan sikap politiknya. Sebagai tokoh reformasi yang turut berperan mengakhiri Orde Baru, kini Amien Rais justru telah bersimpati, mendukung, dan bergabung dengan politisi yang beraspirasi mengembalikan kekuatan orde baru ke kancah politik Indonesia.

Dosa lainnya adalah telah menjadikan agama sebagai alat politik untuk mencapai tujuan meraih kekuasaa, ikut mengeruhkan suasana dalam negeri dalam menyebarkan berita yang jauh dari kebenaran tentang kebangkitan PKI.

Gunawan Muhammad dan teman-temannya juga menuding Amien Rais terkesan berat menyerahkan kepemimpinan PAN kepada generasi berikutnya dengan terus menerus melakukan manuver politik yang destruktif bagi masa depan partai.

Jika menilik dari bahasa surat terbuka tersebut, sulit mengingkari adanya perbedaan pendapat yang sangat tajam di antara Amien Rais dengan lima koleganya tersebut. Bukan hanya ke dalam- bahkan alasan ini mungkin hanya "pemanis", namun juga sikap politik ke luar menyangkut dukungan pada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di kontestasi Pilpres 2019.

Seperti diketahui PAN merupakan  partai pengusung pasangan nomor urut 02 Prabowo Subinato-Sandiaga Uno, melawan petahana Joko Widodo yang berpasangan  dengan KH Ma'ruf Amin. Selain PAN, Prabowo-Sandiaga juga diusung Gerindra, PKS dan Partai Demokrat serta didukung Partai Berkarya pimpinan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. 

Dalam beberapa kesempatan, petinggi Partai Berkarya seperti Sekjen Priyo Budi Santoso, mengkampanyekan ajaran pemimpin Orde Baru Soehato yang dianggap berhasil membangun Indonesia. Artinya, jika Prabowo berkuasa, bukan mustahil kaki tangan dan juga ajaran Soeharto akan kembali mewarnai pentas politik tanah air.

Pertanyaannya, mengapa pernyataan sikap Gunawan Muhammad dan teman-temannya baru keluar sekarang? Sebab poin-poin yang disampaikan mengingat hal-hal yang dituduhkan sudah dilakukan Amien Rais jauh sebelum proses Pilpres 2019. Apakah murni keprihatinan atas kondisi PAN ataukah ada kaitannya dengan arah dukungan PAN?

Jika melihat track record Abdillah Toha, kemungkinan itu ada. Sebab, sejak Pilpres 2014, Abdillah merupakan pendukung Jokowi padahal saat itu Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Artinya kemungkinan PAN pecah sangat terbuka. Terlebih saat ini beberapa kader PAN juga terang-terangan menyatakan dukungan kepada Jokowi.

Tetapi bisa saja seruan Abdillah Toha dan teman-temannya tidak memberi efek apa pun mengingat ketokohan Amien Rais di PAN masih sangat kuat. Amien Rais masih merupakan figur sentral yang konon kekuasaannya melebihi siapa pun, bahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sekalipun. 

Amien Rais justru dapat menggunakan surat terbuka tersebut untuk melakukan konsolidasi dengan mengusung isu adanya serangan yang "diotaki" pihak luar sebagaimana dalam kasus pemilihan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah beberapa waktu lalu.

Dari berbagai kemungkinan yang tersaji, dipastikan Amien Rais tidak akan mundur dari PAN hanya karena surat terbuka atau pengunduran diri Nasrullah. 

Amien Rais akan berdalih kepada para pendukungnya, dirinya tidak mendukung kembalinya rezim Orde Baru melainkan hanya menggunakan sisa kekuatannya untuk menumbangkan musuh yang lebih besar sebagaimana dulu di awal reformasi ketika mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu bersekutu dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Megawati Soekarnoputri yang nasionalis.

Amien Rais baru benar-benar akan mundur dari PAN, bahkan gelanggang politik nasional jika Jokowi memenangkan Pilpres 2019. Namun itu bukan bentuk kekalahan, melainkan strategi agar PAN bisa (kembali) masuk Istana.    

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun