Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buyback Indosat? Awas, Masuk Jebakan Batman

30 November 2018   09:25 Diperbarui: 30 November 2018   10:42 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : KOMPAS.com/Reska Koko

Penjualan Indosat menjadi ganjalan politik terbesar Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri. Raksasa telekomunikasi yang kini dimiliki perusahaan Qatar, dijual Megawati tahun 2002 ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) seharga US$ 3,5 miliar. Kini Presiden Joko Widodo ingin membeli kembali (buyback) saham Indosat. Jika tujuannya untuk "membersihkan dosa" Megawati, Jokowi harus mempertimbangkan beberapa hal.

Memang, penjualan saham mayoritas Indosat sudah menjadi komoditi politik yang terus didengungkan lawan-lawan PDI Perjuangan setiap kali menjelang gelaran kontestasi demokrasi, terutama Pemilu dan Pilpres. Dua kali kekalahan Megawati di pentas Pilpres 2004 dan 2009 antara lain karena isu tersebut. Jokowi yang merupakan kader PDIP ikut dijadikan sasaran kala mengikuti Pilpres 2014 dan kini kembali dicuatkan menjelang Pilpres 2019.

Dari isu yang tersaji, setidaknya dikembangkan pihak lawan selama ini, penjualan Indosat bukan hanya merugikan dari sisi nilai ekonomi, namun juga membahayakan keamanan negara. Meski masih kalah dibanding Telkom, namun posisi Indosat tidak kalah strategis. Dengan dikuasai asing, ada kekuatiran jaringan yang dimiliki akan dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen asing.

Salah satu isu paling menohok terkait Indosat dikuasai asing adalah ketika intelijen Australia berhasil menyadap telepon pribadi Ani Yudhoyono, First Lady Indonesia 2004-2014. Dari bocoran Wikileaks, diperkirakan penyadapan sudah berlangsung sejak tahun 2007 hingga setidaknya tahun 2011. Konon penyadapan dilakukan dengan memanfaatkan jaringan kabel serat optilk bawah laut dari Jakarta ke Singapura.

Dalam pembelaannya tahun 2013 lalu, Megawati mengatakan, penjualan Indosat merupakan keputusan sulit yang harus diambil. Megawati yang menolak menambah utang luar negeri sehingga tercatat sebagai presiden yang paling sedikit berutang, memilih kebijakan swastanisasi aset negara untuk membeli pesawat tempur dan peralatan militer dari Rusia karena saat itu Indonesia tengah diembargo oleh Amerika Serikat. 

Dalam kultwit melalui akun @MegawatiSSP tanggal 30 Maret 2013, Megawati mengibaratkan kebijakannya seperti seorang ibu yang merelakan perhiasan kesayangannya demi membeli beras untuk keluarga karena suami sudah lama menganggur.

Kini isu penjualan Indosat dan aset-aset lain oleh Megawati, termasuk penjualan gas cair atau LNG dari lapangan Tangguh ke Fujian China dengan harga sangat murah, kembali mencuat menjelang Pemilu dan Pilpres 2019. Wajar jika Presiden Jokowi ikut gerah. Keinginan untuk membeli kembali saham Indosat yang sudah diwacanakan sejak awal pemerintahan Jokowi, kini mulai mengerucut.

Benar, Jokowi dan jajarannya bisa beralasan kebijakan buyback Indosat bukan semata untuk menghentikan dengungan lawan politik, karena sebelumnya sudah berhasil menasionalisasi Freeport melalui kepemilikan saham mayoritas. Artinya buyback Indosat merupakan bagian dari kebijakan menasionalisasi perusahaan-perusahaan strategis.

Namun demikian, aroma "balas budi" akan tetap terurar, bahkan berpotensi melegitimasi adanya "kesalahan" Megawati sekaligus menggerus kepercayaan publik, karena beberapa hal.

Pertama, Megawati sudah berkali-kali mengatakan tidak ada yang salah dengan penjualan Indosat karena demi menyelamatkan Indonesia. Megawati membanggakan keberaniannya mengambil keputusan sulit dan bahkan menyebut mengajak kaum muda untuk belajar soal kepemimpinan dari kasus tersebut.

Jika Jokowi kemudian membeli kembali Indosat, maka akan diartikan sebagai "koreksi" atas kebijakan Megawati. Dengan demikian Jokowi masuk jebakan batman yang dipasang lawan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun