Satu hal lagi, genderuwo dikenal sebagaia makhluk cabul karena suka menggoda wanita yang tengah kesepian. Genderuwo bisa menjelma menjadi mirip seseorang yang tengah dirindukan sepertti suami atau pacar.
Kedua, genderuwo identik dengan ungkapan kasar seperti "dasar genderuwo" atau "biar dimakan genderuwo". Artinya kata genderuwo hanya dilontarkan oleh mereka yang tengah marah. Jika pun dalam konteks bercanda, penyebutan genderuwo termasuk kategori candaan kasar selevel "setan", "asu", dan lain-lain.
Mirisnya, Prabowo juga sering menggunakan istilah-istilah yang buruk seperti "indonesia bubar" "asing dan aseng" serta yang terbaru dan sempat menuai kontroversi adalah ungkapan "tampang boyolali". Sebagaimana pendukung Jokowi, kubu Prabowo pun membela ungkapannya dengan menyebut sebagai candaan.
Kita berharap para politisi tidak gampang menggunakan istilah-istilah yang tidak menunjukkan diri sebagai pemimpin dan calon pemimpin. Sopan santun sebagai jati diri bangsa harus tetap dikedepankan dengan sungguh-sungguh, namun bukan sebagai tameng untuk menutupi ketidakmampuan diri, apalagi perbuatan jahatnya.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H