Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Operasi Bendera Palsu di Rumah Rizieq, Fakta atau Fiksi?

8 November 2018   19:32 Diperbarui: 8 November 2018   19:49 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Munarman. Foto: tribunnews.com

Namun jika mengacu pada beberapa kasus sebelumnya, semisal dugaan chat mesum yang menjadi penyebab Habib Rizieq kabur ke Arab Saudi karena merasa dikriminalisasi dan belakangan kasus tersebut memang tidak bisa dibuktikan sehingga penyidik Polda Metro Jaya mencabut status tersangkanya melalui surat perintah penghentian penyidikan (SP3), sinyalemen adanya "orang lapangan Pejaten" sangat mungkin mendapat alas pembenarnya.

Suka atau tidak, Habib Rizieq adalah tokoh yang memiliki ribuan pengikut fanatik. Dalam konteks politik, Dewan Pembina GNPF Ulama ini tengah berseberangan dengan pihak penguasa. Upaya untuk "memisahkan" Rizieq dengan Prabowo Subianto yang sudah berjanji akan membawa pulang Rizieq jika kelak dirinya terpilih menjadi presiden, bukan hal baru. Bahkan beberapa pernyataan Yusril Ihza Mahendra setelah menjadi pengacara pasangan petahana Joko Widodo -- Ma'ruf Amin, dapat ikut dijadikan alas argumennya.    

Jika mengambil sudut pandang ini, maka sangat memungkinkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan ghirah Habib Rizieq terkait seruan kepada pendukunganya untuk memasang bendera tauhid. Orang-orang ini paham otoritas keamanan Arab Saudi melarang keras pemasangan bendera yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstrimis seperti ISIS, Al-Qaedah, hingga Al-Jama'ah al-Islamiyyah yang umumnya menggunakan bendera dengan dasar kain warna hitam. Artinya false flag operation dilakukan dengan memanfaatkan "seruan" Habib Rizieq sendiri.

Dari paparan di atas, kedua pihak sama-sama memiliki peluang sebagai pelaku false flag operation. Kebenarannya akan terungkap dari hasil pemeriksaan otoritas keamanan Arab Saudi. Kita berharap negeri padang pasir itu tidak terbawa playing fictim atau operasi intelijen negara lain- jika memang ada. Kita percaya sebagai negara berdaulat dan memiliki sejarah peperangan yang panjang, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tentu tidak akan mau menggadaikan kedaulatan hukumnya atas order pihak lain.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun