Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Plus Minus Memeriksa Prabowo Terkait Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet

6 Oktober 2018   09:06 Diperbarui: 6 Oktober 2018   11:55 3336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratna Sarumpaet | Kompas.com/Dian Reinis Kumampung

Calon Presiden Prabowo Subianto termasuk pihak yang dilaporkan beberapa elemen masyarakat terkait penyebaran hoaks atau hoax yang diciptakan Ratna Sarumpaet. Jika polisi sampai memanggil Prabowo untuk diperiksa, dampaknya justru akan merugikan petahana Joko Widodo yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Setelah Ratna Sarumpaet mengakui "kisah" penganiayaan terhadap dirinya sebagai hoaks, publik terhenyak. Sebab sebelumnya Prabowo dan orang-orang di sekitarnya, sempat mengecam tindakan pelaku yang disebutnya pengecut karena menganiaya nenek-nenek berusia 70 tahun hingga wajahnya bonyok.

Berbagai elemen masyarakat lantas mempolisikan Prabowo, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, ekonom Rizal Ramli, dua wakil ketua DPR, Fahri Hamzah dan Fadli Zon serta sederet nama lainnya yang berada di kubu Prabowo-Sandiaga Uno.

Kini setelah menangkap Ratna saat hendak terbang ke Chile untuk memenuhi undangan sebagai pembicara di International Woman Playwrights International Conference 2018 dan resmi menetapkannya sebagai tersangka dengan dugaan melanggar pasal 14 UU 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan pasal 28 juncto pasal 45 UU ITE dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara, perhatian publik beralih ke Prabowo dan teman-temannya.    

Terlebih polisi sudah mengagendakan pemanggilan sejumlah saksi. Nama Amien Rais berada di urutan pertama. Namun kemarin mantan ketua MPR tersebut tidak datang sehingga polisi akan melakukan pemanggilan ulang. 

Hanya saja polisi belum memastikan apakah akan memeriksa Prabowo atau tidak. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono menyebut hal itu tergantung keputusan penyidik.

Ratna Sarumpaet mengenakan baju tahanan. Foto: KOMPAS.com/Rima Wahyuningrum
Ratna Sarumpaet mengenakan baju tahanan. Foto: KOMPAS.com/Rima Wahyuningrum
Jika melihat konstruksi kasusnya, Prabowo adalah pihak yang sangat mungkin untuk diperiksa. Selain menemui dan mendengar langsung kisah hoaks dari Ratna, Prabowo juga sempat menggelar jumpa pers dan mengecam para "pelaku penganiayaan" yang disebutnya pengecut.

Kita menghormati otoritas penyidik untuk menentukan siapa yang akan diperiksa untuk melengkapi berkas perkara Ratna Sarumpaet. Jika dianggap sudah cukup alat bukti, bisa saja Prabowo tidak akan diperiksa.

Namun bagaimana dengan pelaporan yang dilakukan sejumlah pihak? Seperti diketahui Prabowo dan teman-temannya dilaporkan oleh sejumlah elemen masyarakat karena dianggap sebagai penyebar hoaks. 

Salah satunya oleh Ketua Umum Cyber Indonesia Muannas Alaidid yang menganggap pernyataan Prabowo cs di media sosial atau media massa adalah hoaks dan mengandung ujaran kebencian.  

Tanpa bermaksud mencampuri kerja kepolisian, secara kalkulasi politik pemeriksaan terhadap Prabowo justru akan merugikan Jokowi. Ada beberapa alasannya.

Pertama, dalam kasus ini, masih debatable apakah Prabowo penyebar hoaks ataukah korban dari kebohongan yang diciptakan Ratna Sarumpaet. Secara garis besar, pendukungnya meyakini Prabowo sebagai korban, sedang kubu pelapor beranggapan sebaliknya.

Kedua, pemeriksaan terhadap Prabowo tidak akan menggerus suara pendukungnya, karena menganggapnya sebagai korban. Bahkan jika tim kampanyenya mampu meyakinan bahwa Prabowo adalah korban, loyalitas dan militansi pendukungnya akan kian membara.

Ketiga, pemeriksaan oleh polisi akan menempatkan Prabowo sebagai pihak teraniaya sehingga sangat mungkin menerbitkan simpati dan empati dari orang-orang di luar pendukungnya. Hal ini (barangkali) terkait kecenderungan umum masyarakat Indonesia yang gampang sekali tersentuh melihat orang yang dianggap teraniaya.

Bukankah saat ini celetukan yang bersimpati tehadap Ratna Sarumpaet sudah mulai terdengar usai aktivis hak asazi manusia itu diturunkan dari pesawat dan digelandang penyidik kepolisian di tengah malam? Padahal sebelumnya semua pihak kompak mengecam perbuatannya yang sangat menjijikkan!

Prabowo akan banjir simpati karena dirinya tengah menjadi lawan petahana. Dengan sedikit "polesan" sangat mungkin mereka yang selama ini tidak terlalu peduli dengan hiruk-pikuk politik, langsung mengiyakan jika Prabowo korban dari peristiwa yang diciptakan tangan-tangan tak terlihat.

Keempat, dan ini yang berbahaya, pemeriksaan terhadap Prabowo membuka kemungkinan gejolak sosial. Jutaan pendukungnya yang tidak terima Prabowo "dianiaya"- karena dianggap korban, mungkin saja akan memberikan "perlawanan".

Jika sampai terjadi gejolak sosial dan politik, tentu merugikan pemerintah yang kini tengah konsentrasi menangani berbagai bencana alam dan kemungkinan timbulnya gejolak ekonomi akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh 15.200 per dolar Amerika.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun