Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hadapi Kebohongan Ratna, Kubu Prabowo Haram Lakukan Hal Ini

3 Oktober 2018   19:43 Diperbarui: 4 Oktober 2018   13:34 7015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratna Sarumpaet. KOMPAS.com/David Oliver Purba

Kebohongan yang ditabur aktivis Ratna Sarumpaet bukan hanya menjerumuskan dirinya, namun juga calon presiden Prabowo Subianto dan orang-orang di sekelilingnya. 

Meski akan membawa dampak luar biasa, namun pikiran untuk menciptakan kontra kebohongan sama saja dengan menghadirkan setan kedua. Prabowo hanya punya satu opsi agar upayanya meraih dukungan suara masyarakat tidak sia-sia.

Dalam jumpa pers yang penuh emosional Ratna Sarumpaet mengakui cerita dirinya dianiaya oleh tiga pria di sekitar bandara di Bandung pada tanggal 21 September 2018, sama sekali tidak benar alias bohong. "Jadi tidak ada penganiayaan. Itu hanya khayalan entah setan mana," ujar Ratna sambil terisak.

Persoalannya, cerita Ratna telah memakan "korban" luar biasa. Dari Prabowo hingga Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo -- Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah hingga ekonom Rizal Ramli.

Masifnya pembelaan terhadap Ratna yang dilakukan kubu Prabowo tentu akan membawa dampak serius ketika ternyata apa yang dibelanya hanyalah- meminjam istilah Ratna, khayalan setan.

Dampak paling akhir adalah hilangnya dukungan kepada Prabowo-Sandiaga, sekaligus keuntungan luar biasa bagi pasangan lawan, petahana Presiden Joko Widodo yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin. 

Meski pendukung fanatiknya tidak terpengaruh, tetapi suara mereka yang belum menentukan pilihan untuk Pilpres 2019 alias massa mengambang (floating mass), terutama kelompok milenial, sangat mungkin terganggu dengan peristiwa ini.

Mengapa Prabowo, Amien Rais, Fahri Hamzah dan lain-lain begitu mudah terpedaya cerita Ratna Sarumpaet?

Pertama, Ratna seorang perempuan, nenek dari beberapa cucu. Siapa pun akan langsung tersentuh melihat wajah Ratna yang tampak hancur karena "dikeroyok" tiga pria. 

Dorongan rasa trenyuh dan marah langsung menutup logika. Terbayang betapa biadab dan kejamnya "para penganiayanya". Bahkan Prabowo sempat menyebut "pelakunya" sebagai pengecut.  

Kedua, Ratna Sarumpaet berada dalam satu barisan, satu kubu, sehingga spontan muncul rasa solidaritas dan ingin membantunya. 

Terlebih Ratna dikenal sebagai pendukung fanatik dan kenyang menghadapi caci-maki hingga penolakan di berbagai daerah. Wajar jika cerita Ratna langsung disimpulkan bertemali dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya    

Ketiga, kuatnya dorongan atau hasrat untuk menjatuhkan lawan. Andai benar Ratna dikeroyok oleh tiga laki-laki, tentu menjadi tamparan luar biasa bagi kubu lawan sekali pun pengeroyokan tersebut tidak memiliki kaitan. 

Katakanlah salah orang atau korban perampokan. Publik tetap akan menghubungkannya dengan aktivitas politik Ratna yang berseberangan dengan penguasa.

  • Penulis termasuk yang ikut terpengaruh dan sempat membuat tulisan/video, meski penekanannya pada seruan agar kepolisian segera bertindak tanpa menunggu laporan karena "peristiwa" tersebut bukan delik aduan. Namun setelah menemukan beberapa kejanggalan, sebagai bentuk penyesalan, video tersebut sudah dihapus dari laman Youtube sebelum digelarnya jumpa pers oleh kepolisian maupun Ratna Sarumpaet.

Kini setelah kebohongan terkuak, tidak ada jalan lain bagi bagi kubu Prabowo-Sandiaga kecuali mengeluarkan Ratna dari Badan Pemenangan Nasional. Keinginan tersebut juga sudah disuarakan PAN dan Demokrat sebagai bagian koalisi pengusung Prabowo-Sandiaga. 

Jika ingin lebih jauh, tim Prabowo harus tega hati untuk melaporkan Ratna Sarumpaet ke pihak berwajib. 

Ini sebagai strategi menjegal lawan, yang telah mempolisikan Prabowo hingga Amien Rais karena dianggap menyebarkan hoaks. Artinya, dalam kasus ini Prabowo cs menjadi korban dari kebohongan Ratna Sarumpaet.

Terlepas dari strategi mana yang akan diambil, namun haram bagi kubu Prabowo untuk menciptakan "setan" kedua yakni kontra kebohongan dengan menciptakan kisah baru seolah-olah Ratna telah masuk perangkap yang diskenariokan lawan. 

Gamblangnya, ada orang yang mengendalikan Ratna untuk melakukan hal itu. Sebab hanya akan melegitimasi kebohongan sebagai jalan perjuangan. Boleh saja berdalih, banyak politisi yang melakukannya. Bahkan janji-janji politik sendiri merupakan kebohongan sistematis karena jarang sekali direalisasikan. 

Jika pun ada yang melaksanakan, prosentasenya sangat kecil. Tetapi kebohongan yang ciptakan Ratna Sarumpaet terlalu fatal, melukai demokrasi dan moral masyarakat sehingga tidak layak untuk "dibersihkan" dengan menciptakan kontra kebohongan.
salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun