Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menakar Pengaruh Ma'ruf Amin dan Sandiaga bagi Pasangannya

22 Agustus 2018   01:49 Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:26 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Foto/Hafidz Mubarak A, Kompas/Andreas Lukas Altobeli

Tetapi deklarasi semacam itu tidak akan membawa dampak apa pun jika tidak ada "fatwa" dari Ahok. Dan sampai saat ini, belum ada kalimat dukungan yang disampaikan langsung oleh Ahok, selain klaim dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Padahal biasanya, Ahok menggunakan sarana media sosial yang diurus stafnya, untuk menyapa atau menyampaikan hal-hal yang berkaitan langsung dengan sikap dirinya terhadap satu permasalahan.

Mari kita anggap Ahok sudah menyampaikan dukungan. Berapa banyak dari pendukung Ahok yang akan percaya jika pernyataan tersebut "tulus" mengingat luka yang tercipta cukup dalam? Menyayangi musuh tentu tidaklah sama dengan mendukungnya!

Benar, pendukung Ahok yang kecewa tidak serta merta memberikan suaranya kepada lawan Jokowi. Tidak hitam putih seperti itu. Tetapi mereka yang tidak akan menggunakan hak pilih dan tidak mau mengkampanyekan, minimal kehilangan ghirah "tempur" melawan nitizen pro Prabowo, sebagai dampak kehadiran Ma'ruf Amin di sisi Jokowi, tetap ada.

Ketiga, kehadiran Sandiaga Uno. Sungguh kontras jika disandingkan antara Sandiaga melawan Ma'ruf Amin. Yang pasti dari sisi pengalaman dan ilmu agama, Kyai Ma'ruf menang banyak. Tetapi dari sisi lain, Sandi unggul jauh. Sandi benar-benar mewakili ekspektasi warga internet atau yang sering diasosiasikan sebagai generasi milenial. Muda, energik, setia dan kaya raya, merupakan tagline yang sangat akrab dan menjadi dambaan generasi saat ini.

Faktor lainnya, mungkin lebih bersifat kedaerahan seperti disampaikan anggota Dewan Pembina Partai Golkar Fadel Muhammad. Selain menimbulkan friksi di internal Golkar karena aspirasinya agar Jokowi memilih Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto tidak terpenuhi, faktor Sandiaga juga menjadi penyebabnya. Menurut Fadel, Sandiaga yang ayahnya, Razif Halik Uno (Henk Uno) berasal dari Gorontalo bisa menjadi daya tarik luar biasa bagi warga Indonesia bagian timur. 

Terlebih Sandiaga dianggap sebagai keturunan Raja Gorontalo dan penerus trah Ta lo Kabulu, yang berarti orang yang doanya selalu dikabulkan. Sandiaga pun disebut-sebut memiliki garis keturunan Bugis. Sementara dari ibundanya, Mien Uno, Sandiaga mewarisi darah Sunda. Ditambah lagi keluarga Henk dan Mien Uno lama tinggal di Riau sehingga komplet mewakili "rasa" Indonesia.

Dari gambaran tersebut, sungguh keliru ketika Antoni seolah menafikan faktor cawapres sebagai penambah dam atau pengurang elektabilitas capres. Kelak bisa dibuktikan, Jawa Barat yang pada Pilpres 2014 menjadi basis Prabowo dan dalam setahun terakhir "dikuasai" Jokowi,  akan kembali menjadi milik Prabowo karena kehadiran Sandiaga Uno.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun