Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sowanisasi Prabowo Kendurkan Semangat Ganti Presiden

17 Agustus 2018   09:14 Diperbarui: 17 Agustus 2018   09:51 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo-Sandiaga bersama Jusuf Kalla. Foto: KOMPAS.com/Kristian Erdianto

Satu-satunya kekuatan yang tersisa tinggal media sosial. Harus diakui kubu Prabowo lebih mendominasi ranah ini dibanding Jokowi. Salah satu ukurannya, konten negatif terhadap pemerintah (dan Jokowi serta PDIP sebagai partai penopang utama) lebih sering viral dibanding sebaliknya. 

Tidak heran jika pemerintah getol memproteksi dengan berbagai cara, termasuk menerapkan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) secara keras hingga memakan sejumlah korban. 

Pemerintah juga tengah menyusun aturan yang akan memberikan denda kepada penyedia platform yang digunakan untuk menyebarkan ujaran permusuhan dan hoaks.

Tetapi semua itu akan sia-sia jika tim pemerintah tidak kreatif menghadirkan konten positif. Tidak mungkin memenjarakan ribuan pengguna media sosial. Tidak mungkin juga menakut-nakuti pemilik platform, khususnya media sosial, di bawah ancaman denda. 

Mengedukasi masyarakat agar tidak memproduksi dan menyebarkan konten negatif dan hoaks hanya mungkin efektif jika "kampanye" pemerintah sama dengan realita di lapangan. Sebagai contoh, tidak mungkin nitizen mau membagikan "berita" kelangkaan telor jika telor di pasar melimpah dengan harga terjangkau. 

Percuma pemerintah menyampaikan "berita" harga daging Rp 80 ribu per kilogram karena faktanya emak-emak masih membeli dengan harga di atas Rp 100 ribu per kilogram.

Namun jika kubu oposisi hanya mengandalkan media sosial untuk melawan media arus utama, tentu tidak realitis. Jalan tengahnya adalah meminimalisir perang di media utama, sambil bergerilya di media sosial. Menampilkan politik damai di ruang-ruang publik seperti sowan dan membungkuk ke kubu lawan, adalah salah satunya.  

Kedua, kemungkinan sebagai counter terhadap kekuatan tim sukses dan logistik yang dimiliki petahana. Alasan ini mendapatkan pijakannya pada beberapa pernyataan tim Prabowo seperti Habiburokhman, yang menyebut tidak akan membentuk tim juru bicara sebanyak Jokowi karena tidak memiliki dana. Sebagai gantinya tim Prabowo mengandalkan emak-emak di lapangan yang tidak terstruktur sehingga logikanya tidak perlu mengeluarkan biaya.

Artinya, ketika tidak bisa melawan kekuatan dana dan jumlah personil, strategi merangkul menjadi pilihan terbaik. Kehadiran Farhat Abbas, Razman Arief Nasution, Ali Mochtar Ngabalin dan lain-lain di kubu Jokowi yang konon disiapkan untuk "perang terbuka" menjadi sia-sia jika tidak ada lawan karena Fadli Zon, Ahmad Dhani, Mardhani Ali Sera disuruh "tiarap" dari pernyataan-pernyataan kontroverisal yang selama ini terlanjur melekat pada dirinya. 

Ketiga, membuka jalan untuk merusak basis pendukung lawan. Prabowo dan Sandiaga akan lebih leluasa dan "diterima" kaum Nahdliyin karena sudah "mendapat restu" di pusat. Demikian juga ketika mereka masuk ke jantung Golkar dan lainnya yang sudah dipersepsikan sebagai pendukung Jokowi. Tidak akan ada penolakkan karena Prabowo sudah "meminta izin" kepada JK. 

Pertanyaan, apakah sowanisasi tersebut sebanding dengan penurunan isu-isu panas yang menjadi tagline pendukungnya? Sebab jika sampai muncul anggapan Prabowo juga bagian dari Jokowi, yang berarti keduanya hanya beda-beda tipis, semangat ganti presiden bisa loyo sebelum tertunaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun