Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ma'ruf Amin, Mahfud MD, dan Koalisi Tanpa Manajemen

9 Agustus 2018   19:44 Diperbarui: 9 Agustus 2018   21:10 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahfud MD di kawasan Menteng. Foto: Kompas.com/Chusna Farisa

Keputusan petahana Joko Widodo menunjuk Ketua Majelis Ulama Indonesia  KH Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi di Pilpres 2019, menyisakan luka tak terperi bagi anggota Dewan Pengarah BPIP Mahfud MD. Drama sepanjang hari ini menunjukkan kuatnya tarik-menarik dan "ketidakbebasan" Jokowi dalam memutuskan cawapres.

Dikutip dari berbagai pemberitaan sepanjang siang hingga sore tadi, Jokowi sepertinya sudah final menunjuk Mahfud MD. Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi ini menuturkan dirinya dihubungi Sekretaris Negara Pratikno sejak malam dan pagi tadi mendapat kepastian. Mahfud pun menjahit kemeja putih yang kemudian dikenakan ketika meluncur ke sebuah rumah makan di kawasan Menteng yang akan menjadi tempat deklarasi Jokowi dan sembilan partai pengusung.

Pada saat bersamaan terjadi geger di kalangan warga Nahdlatul Ulama. Semua mereka terpecah antara yang pro dan kontra terhadap Mahfud, utamanya karena nama Ketua Umum PKB yang selama ini didorong, justru terpental. PBNU mendadak menggelar rapat yang dihadiri Muhaimin.

Hasilnya, PBNU menolak Mahfud. Demikian juga PKB. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, menyebut Mahfud bukan kader NU meski berasal dari keluarga NU. Karena Mahfud bukan kader, maka NU, seperti dikatakan Ketua PBNU Robikin Emhas, tidak bertanggung jawab alias tidak mau mendukungnya.

Namun Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid membelanya dengan mengatakan Mahfud kader NU tulen. Sang adik, Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid mengecam sikap PKB yang sudah jualan NU. Yenny mengaskan keluarga besar Gus Dur yang notabene NU, turut gembira atas penunjukkan Mahfud sebagai cawapres Jokowi.

Tanda-tanda adanya perubahan dari Mahfud ke Ma'rif mulai terbaca ketika mendadak Mahfud yang sudah mengenakan baju putih lengan panjang yang disebutnya favorit Jokowi, meninggalkan restoran yang berada di kawasan Menteng, berdekatan dengan lokasi pertemuan Jokowi dengan partai pendukung.

Lalu tibalah kejutan itu. Didahului tweet Sekretaris PKB Abdul Kadir Karding yang mengabarkan jika cawapres Jokowi adalah Ma'ruf Amin, bukan Mahfud MD disertai foto para ketum partai menandatangani dokumen persetujuan. Dan memang itu yang kemudian disebut Jokowi saat mengumumkan secara resmi nama cawapresnya.

Siapa yang telah tega memberi harapan palsu kepada Mahfud? Logikanya, tidak mungkin Pratikno memberikan kabar bohong kepada Mahfud. Benarkah keputusan Jokowi berubah beberapa jam sebelum deklarasi akibat kuatnya tekanan PKB? Tangan siapa yang telah bermain?

Jujur saja "dagelan" sore ini sangat tidak lucu. Benar, Jokowi belum mengumumkan secara resmi, sehingga tidak bisa disalahkan dalam kasus Mahfud. Mungkin saja Jokowi memang tidak pernah menunjuk Mahfud. Tetapi geger yang terjadi siang tadi, tidak mungkin juga berasal dari informasi di luar ring pertama Jokowi. Bagaimana mungkin PSI, PKB, Nasdem dan sejumlah tokoh lainnya mendapat informasi sama jika Jokowi sudah menunjuk Mahfud.

Ada banyak tanya dan pastinya tidak akan bisa terjawab. Sangat disayangkan, berbulan-bulan waktu yang tersedia, puluhan pertemuan, tidak menghasilkan kesepakatan apapun sehingga keputusan cawapres Jokowi hanya diambil dalam hitungan jam, bahkan mungkin menit. Hal itu sekaligus menggambarkan betapa kuatnya tarik-menarik kepentingan antar faksi di koalisi Jokowi.

Semoga Prof Mahfud bisa memahami  dan seperti dituturkannya kepada Kompas TV, menganggap "dagelan" ini sebagai hal biasa dalam politik. Kita ikut -- meminjam istilah SBY, prihatin karena Anda telah menjadi "korban"  koalisi tanpa manajemen!

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun