Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengapa Gaji Megawati Lebih Besar dari Presiden Jokowi?

28 Mei 2018   03:37 Diperbarui: 28 Mei 2018   15:31 4391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi bersama Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri. Foto: KOMPAS.com/ist

Lalu mengapa dengan tugas seperti itu, Ketua dan Dewan Pengarah BPIP digaji sangat tinggi? Kemungkinan pertama, Presiden Jokowi ingin menghargai para seniornya. Seperti diketahui Megawati merupakan Ketua Umum PDIP, di mana Jokowi menjadi kadernya. Sedang Try Sutrisno merupakan mantan Wakil Presiden, dan Mahfud MD mantan Ketua MK. Sementara lainnya adalah tokoh lintas agama.

Kedua, Jokowi melihat keberadaan BPIP sangat strategis di tengah merosotnya pemahaman dan pengamalan ideologi Pancasila. Dengan gaji besar tentunya Dewan Pengarah BPIP dapat bekerja maksimal sehingga mampu merumuskan strategis khusus dan memberikan masukan kepada Presiden terkait upaya pembinaan ideologi Pancasila.

Namun Mahfud MD punya dugaan lain. Menurutnya, gaji tersebut merupakan tunjangan operasional. Mahfud menekankan, dirinya dan juga anggota Dewan Pengarah BPIP tidak pernah menanyakan soal gaji dan belum pernah menerimanya pada sudah bekerja hampir setahun jika dihitung sejak BPIP masih berbentuk UKP-PIP. Pernyataan Mahfud adanya benarnya karena Perpres yang mengatur gaji Dewan Pengarah memang baru keluar 5 hari lalu.

Kita meyakini, bagi Megawati dan juga anggota Dewan Pengarah BPIP, uang bukan lagi menjadi tujuan kala menerima mandat Presiden Jokowi. Seperti halnya Mahfud, kemungkinan Megawati juga tidak tahu-menahu soal gajinya yang cukup untuk membeli satu mobil kelas LCGC. 

Untuk itu alangkah baiknya, terutama di tengah tumpukan utang negara dan turunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi di sektor ekonomi yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah, Megawati dan anggota Dewan Pengarah menolak gaji tersebut.

Jika pun tidak mau menolak karena tidak ingin "mempermalukan" Presiden, kita berharap kinerja BPIP dapat memberi manfaat sebanding bagi kemajuan bangsa. Jangan sampai BPIP justru hanya menjadi badan propaganda sebagaimana yang ada di negara-negara sosialis atau hanya serupa Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) di masa Orde Baru. 

BPIP harus benar-benar mampu merumuskan kebijakan untuk menangkal krisis ideologi dan toleransi tanpa keberpihakan dan stigmatisasi negatif pada kelompok tertentu.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun