Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menelisik Motif Pembagian Sembako di Monas

3 Mei 2018   07:44 Diperbarui: 3 Mei 2018   08:59 4083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga mengantri pembagian sembako di Monas. Foto: KOMPAS.com

Ketiga, kemungkinan murni inisiatif Dave Santosa dan teman-teman komunitasnya. Dananya bersumber dari sponsor atas nama solidaritas kebangsaan dan keagamaan. Meski burung merpati bukan simbol Kristen, melainkan perdamaian, namun karena selama ini banyak kegiatan keagamaan nonmuslim yang memakai gambar merpati, tidak salah juga manakala kupon sembako bergambar Monas dan burung merpati itu ditengarai sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Terlebih memang di dalamnya ada acara perayaan Paskah.

Meski kecil, kemungkinan keempat, yakni dilakukan pihak lain di luar pihak di atas meski tetap menggunakan tangan Dave alias proxy, dengan motif mendiskreditkan pemerintah, tetap terbuka. Pembagian sembako yang dihadiri ratusan ribu warga bukan hanya dari Jakarta namun juga Tangerang, Depok, Bekasi hingga Bogor, jelas merupakan tamparan di tengah propaganda keberhasilan pembangunan ekonomi rezim Jokowi.

Terlepas dari berbagai kemungkinan motifnya, yang pasti acara pembagian sembako di Monas tidak bisa dibenarkan. Apalagi sampai menelan korban jiwa. Jika pun benar penyebab kematiannya karena udara panas dan dehidrasi, yang pasti kedua anak itu berada di Monas untuk mendapatkan sembako. Jika ada yang menyalahkan orang tuanya karena dianggap lalai, pahami dulu situasinya. Panitia sengaja membagi kupon untuk satu jenis barang, bukan satu kupon untuk satu paket. Kupon untuk beras, berbeda dengan kupon untuk minyak. Demikian juga untuk gula, mie instan dan makan gratis sehingga jika datang sendiri, sulit untuk menukarkan semuanya mengingat lokasinya berbeda-beda.

Kematian dua bocah demi sembako dan makan siang gratis, tidak bisa dianggap sepele. Di samping memalukan, karena seolah Indonesia tengah dilanda krisis pangan, kegiatan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa menunjukkan ketidakprofesionalan panitia. Kita bisa menerima permintaan maaf Dave Santosa seperti dikatakan Sandiaga Uno, tetapi kepolisian tetap harus mengusut agar hal semacam itu tidak terulang.

Jika ingin membantu masyarakat, lakukanlah dengan cara-cara yang elegan. Memberikannya langsung ke rumah warga atau panti-panti miskin, jauh lebih bermartabat dan bermanfaat. Jangan memanfaatkan kemiskinan warga untuk tujuan politik!

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun