Ketiga, kemungkinan murni inisiatif Dave Santosa dan teman-teman komunitasnya. Dananya bersumber dari sponsor atas nama solidaritas kebangsaan dan keagamaan. Meski burung merpati bukan simbol Kristen, melainkan perdamaian, namun karena selama ini banyak kegiatan keagamaan nonmuslim yang memakai gambar merpati, tidak salah juga manakala kupon sembako bergambar Monas dan burung merpati itu ditengarai sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Terlebih memang di dalamnya ada acara perayaan Paskah.
Meski kecil, kemungkinan keempat, yakni dilakukan pihak lain di luar pihak di atas meski tetap menggunakan tangan Dave alias proxy, dengan motif mendiskreditkan pemerintah, tetap terbuka. Pembagian sembako yang dihadiri ratusan ribu warga bukan hanya dari Jakarta namun juga Tangerang, Depok, Bekasi hingga Bogor, jelas merupakan tamparan di tengah propaganda keberhasilan pembangunan ekonomi rezim Jokowi.
Terlepas dari berbagai kemungkinan motifnya, yang pasti acara pembagian sembako di Monas tidak bisa dibenarkan. Apalagi sampai menelan korban jiwa. Jika pun benar penyebab kematiannya karena udara panas dan dehidrasi, yang pasti kedua anak itu berada di Monas untuk mendapatkan sembako. Jika ada yang menyalahkan orang tuanya karena dianggap lalai, pahami dulu situasinya. Panitia sengaja membagi kupon untuk satu jenis barang, bukan satu kupon untuk satu paket. Kupon untuk beras, berbeda dengan kupon untuk minyak. Demikian juga untuk gula, mie instan dan makan gratis sehingga jika datang sendiri, sulit untuk menukarkan semuanya mengingat lokasinya berbeda-beda.
Kematian dua bocah demi sembako dan makan siang gratis, tidak bisa dianggap sepele. Di samping memalukan, karena seolah Indonesia tengah dilanda krisis pangan, kegiatan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa menunjukkan ketidakprofesionalan panitia. Kita bisa menerima permintaan maaf Dave Santosa seperti dikatakan Sandiaga Uno, tetapi kepolisian tetap harus mengusut agar hal semacam itu tidak terulang.
Jika ingin membantu masyarakat, lakukanlah dengan cara-cara yang elegan. Memberikannya langsung ke rumah warga atau panti-panti miskin, jauh lebih bermartabat dan bermanfaat. Jangan memanfaatkan kemiskinan warga untuk tujuan politik!
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H