Meski demikian, Pertamina harus berani melakukan inovasi dan terobosan spetakuler, bukan sekadar mengikuti "arah" politik. Jajaran Pertamina mestinya belajar pada Visi 2030 yang digelorakan Kerajaan Arab Saudi. Poin terpenting dari Visi 2030 adalah adalah mengubah ketergantungan pendapatan negara dari minyak ke sektor non minyak. Arab Saudi bahkan sudah melepas 5 % saham Aramco (perusahaan minyak milik negara), di mana dana yang diperolehnya digunakan untuk sovereign wealth fund. Demikian juga yang dilakukan raja minyak dunia John  D. Rockefeller yang mulai melepas dominasinya pada bisnis minyak dan beralih ke energi terbarukan.
Keberanian pejabat Pertamina dalam mendorong dan menggerakkan perubahan menuju perusahaan energi akan sangat menentukan apakah kelak Pertamina dapat terus survive sebagai entitas bisnis terkemuka ataukah tinggal bongkahan besi tua karena tidak ada lagi penambangan, pengolahan dan distribusi minyak.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H