Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Kekuatan Isu Cantrang Muhaimin

6 Mei 2017   21:16 Diperbarui: 7 Mei 2017   10:11 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, merebut posisi ketiga sekaligus mengegolkan jagoannya pada Pemilu dan Pilpres 2019. Tren kenaikan perolehan suara PKB dari posisi ke 7 pada Pemilu 2009 menjadi ke 5 pada Pemilu 2014, mengalah seluruh partai berbasis Islam, adalah prestasi positif yang menjadi penyemangat kadernya untuk merebut kembali posisi tiga besar seperti pada Pemilu 2004, 1999 dan 1955.

Muhaimin sadar, jika hanya mengandalkan suara warga nahdliyin, PKB tidak pernah bisa menjadi partai pemenang pemilu. Harus ada terobosan untuk menyasar kelompok lain tanpa harus meninggalkan basisnya. Petani dan nelayan adalah dua kelompok masyarakat yang sangat mungkin didekati. PKB kesulitan masuk ke kelompok buruh dan pekerja urban lainnya yang sudah tidak mengenal sikap taklik- kepatuhan tanpa koreksi.

Akankah Muhaimin sukses dengan strateginya? Ataukah justru terjungkal oleh ulah sendiri mengingat lawannya adalah Jokowi yang pandai bermain di semua sisi? Mungkin saja awalnya Jokowi mengalah- seperti terlihat dari kelonggaran yang diberikan kepada nelayan Jateng. Tetapi bukan tidak mungkin Jokowi akan balik menghantamnya dengan isu lain. Ingat, sejak lama PKB sudah memiliki bibit perpecahan dan bukan hal yang teramat sulit untuk “meledakkan” kembali perpecahan tersebut. Kubu Yenny Wahid tentu masih berharap suatu ketika PKB kembali ke trah Gus Dur.  

Salam @yb  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun