Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Melihat Penyebab Kekalahan Ahok dari TPS 16

20 April 2017   09:09 Diperbarui: 20 April 2017   12:26 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Formulir model C1 putaran kedua di TPS 16. Foto : dokpri

Ketiga,  militansi. Pendukung Ahok-Djarot cendrung pragmatis dalam arti hanya bergerak manakala ada ‘perintah’. Berbeda dengan  relawan Anies-Sandiaga yang dikenal militan karena sebagian besar berasal dari kader PKS. Mereka terus bergerak, meski tanpa supply “nasi bungkus”.

Keempat, runtuhnya klaim yang menjadi kekuatan kampanye Ahok. Dalam sebulan terakhir, sejumlah titik di Jakarta teredam banjir, sementara kemacetan semakin parah sebagai dampak penutupan dan penyempitan sejumlah ruas jalan karena sedang ada proyek bangunan infrastruktur transportasi baik MRT, flyover maupun underpass.

Relawan Ahok-Djarot tidak bisa lagi “jualan” keberhasilan di sisi itu. Meski warga Petojo tidak lagi kebanjiran, tetapi ikut merasakan “horor” kemacetan parah tersebut.  sebagian menyayangkan keputusan Ahok melakukan pembangunan infrastruktur secara bersamaan di satu titik tanpa mempertimbangkan dampaknya  secara luas. Bayangkan saja, ketika belum ada pembangunan MRT, Jalan MH Thamrin dan Jenderal Sudirman, sudah langganan macet. Pemberlakuan ganjil-genap hanya sedikit mengurangi kemacetan di kedua ruas jalan tersebut, tetapi menambah kemacetan di jalan-jalan penyangga di sekitarnya. Kemacetan di daerah Pejompongan dan Pasar Rumput, dua wilayah yang menjadi daerah limpahan kendaraan yang tidak bisa melintasi Jalan Gatot Subroto, Sudirman dan Thamrin, pada jam-jam sibuk nyaris stuck.   

Kelima, isu penggusuran. Berbeda dengan putaran pertama, isu penggusuran justru lebih mencuat. Selebaran yang memuat peta yang akan digusur jika Ahok terpilih, menjadi momok bagi warga yang berada di wilayah-wilayah tersebut. Meski wilayah yang disebutkan dalam selebaran bisa saja hoax, tetapi sikap lantang Ahok yang tidak akan menghentikan penggusuran terhadap wilayah-wilayah yang dianggap menjadi penyebab banjir, menjadi alas pembenarnya.

Tentu masih ada faktor dan isu-isu lain yang menjadi penyebab tergerusnya suara dukungan kepada Ahok-Djarot, termasuk isu agama. Tetapi isu terakhir tidak lagi signifikan karena sudah terjadi jauh sebelumnya, bahkan sebelum putaran pertama.

Apapun hasilnya, saat ini warga Jakarta sudah menentukan pilihannya. Tanpa bermaksud mendahului KPU, enam bulan mendatang bisa dipastikan pasangan Anies-Sandiaga akan dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Usai sudah hiruk-pikuk pilkada Jakarta yang menguras rasa dan air mata. Lupakan perbedaan pilihan, saatnya kembali merajut kebhinekaan sambil mengawal dan mengkritisi kinerja Anies-Sandiaga.       

Mengutip pidato Djarot, “ketenangan jiwa menghilangkan dendam”. Ya, hanya jiwa-jiwa yang tenang yang bisa menerima apa pun hasil dari sebuah kontestasi.

Selamat kepada Anies-Sandiaga. Semoga kelak bisa amanah memimpin Jakarta. Membawa semua warga Jakarta, termasuk mereka yang tidak bisa menyumbang pajak, ke arah yang lebih sejahtera, damai dalam perbedaan.

Dan terima kasih untuk Ahok-Djarot. Karya-karyanya dalam menata Jakarta, akan selalu dikenang. Warga Jakarta tahu dan puas atas kinerja Ahok-Djarot dalam menata infrastruktur. Bahwa ada kekurangan di sisi lain, benar kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Apapun itu, hormat saya pada Anda berdua tidaklah berkurang.

Salam @yb 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun