Peresmian Masjid Hasyim Asy'ari di Daan Mogot, Jakarta Barat, dimajukan sehari, dari sebelumnya dijadwalkan Minggu (16/4) menjadi Sabtu (15/4). Sesuatu yang wajar jika tidak ada saja tidak ada keterkaitan dengan DKI Jakrta pilkada putaran kedua. Terlebih menurut Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono perubahan jadwal tersebut untuk menyesuaikan dengan agenda kerja Presiden Joko Widodo.
Seperti diketahui, selama ini pembangunan Masjid Raya Jakarta- demikian sebutan lain Masjid KH Hasyim Asy’ari, dijadikan positive campaign- sekedar untuk tidak menyebut pencitraan, Gubernur DKI Jakarta (non aktif) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kepada umat islam. Masjid yang dibangun atas prakarsa Jokowi saat menjabat sebagai Gubernur DKI dan dilanjutkan oleh Ahok sering dijadikan simbol keberpihakan Ahok terhadap umat Muslim.
Presiden Jokowi meresmikan Masjid Raya didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddindan Plt Gubernur DKI Jakarta. Jika mengikuti jadwal semula, tentu Ahok akan mendampingi Jokowi karena mulai sore ini sudah aktif kembali sebagai Gubernur Jakarta.
Terlepas alasan jadwal kegiatan Presiden, percepatan peresmian Masjid Raya patut diapresiasi. Jokowi tentu paham, jika peresmian masjid bersama Ahok dilakukan saat masa tenang jelang pencoblosan putaran kedua, pasti akan menimbulkan beragam spekulasi. Bahkan tidak mungkin menjadi senjata bagi lawan-lawannya untuk mendiskreditkan dengan tuduhan tidak netral.
Matur sembah nuwun, Pak Jokowi. Semoga Masjid KH Hasyim Asy’ari benar-benar bermanfaat bagi umat Islam, sebagai tempat ibadah, syiar dan juga pendidikan keagamaan, khususnya warga Jakarta. Tidak semestinya masjid dijadikan alat politik- untuk pencitraan maupun pendiskreditan, oleh siapapun.
Empat hari jelang hari pencoblosan, akan menjadi hari-hari yang panjang bagi Ahok-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno. Meski demikian, kita berharap kedua pasangan calon dan juga tim kampanyenya tidak melakukan hal-hal yang dapat mencederai proses demokrasi yang sempat memanaskan suhu politik nasional dengan isu-isu sensitif. Masa tenang sekarang ini hendaknya benar-benar dijadikan masa introspeksi terhadap janji-janji yang sudah diumbar selama masa kampanye.
Biarkan masyarakat Jakarta menenangkan diri dan pikiran sebelum menentukan pilihannya. Keterlibatan pihak luar, tidak akan memengaruhi pilihan masyarakat Jakarta. Sekeras apapun isu-isu yang betebaran, sekeji apapun fitnah yang disangkakan, tidak memberi efek siginifikan terhadap preferensi masyarakat Jakarta pada calon pemimpin yang akan mereka pilih. Untuk itu, provokasi, intimidasi, fitnah dan segala bentuk “kekerasan” lain melalui media-media online maupun selebaran gelap, yang dilakukan para pendukung dan simpatisan kedua paslon, mestinya juga disudahi karena tidak ada gunanya.
salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H