Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

SBY; (Tidak) Selalu Ada Pilihan

22 Maret 2017   08:00 Diperbarui: 22 Maret 2017   18:00 3293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lalu mengapa kemudian mengapa Istana  “mempermalu” SBY dengan mem blow-upmobil kepresidenan yang masih dipakainya? Sulit untuk tidak mengaitkan dengan Pilkada Jakarta. Sikap netral Partai Demokrat (baca: SBY) dianggap tidak memenuhi ekspektasi Istana. Awalnya, Istana berharap pertemuannya dengan Jokowi akan melunakkan hati SBY sehingga Partai Demokrat dan partai pengusung AHY-Sylviana Murni  merapat ke pasangan calon (paslon) Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDIP.

Ternyata SBY tetap memilih netral tetapi kader-kadernya bersuara lantang mendukung paslon Anies Rasyid Baswedan - Sandiaga Salahuddin Uno sebagaimana pada Pilpres 2014 lalu. Demikian juga partai-partai pendukung AHY, terutama PAN yang sudah terang-terangan mendukung Anies-Sandiaga.

Apalagi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mulai panik dengan situasi jelang pelaksanaan Pilkada DKI putaran kedua. Bentuk kepanikan tersebut bisa dilihat dari keputusan DPP PDIP yang  menginstruksikan seluruh kader potensial di daerah, terutama anggota ketua dan DPRD serta jajaran fungsionaris partai,agar merapat ke Jakarta untuk memenangkan Ahok-Djarot. Sebab secara logika kehadiran kader PDIP daerah di Jakarta tidak akan banyak membantu.  Dari ribuan kader tersebut, bisa dipastikan hanya beberapa persen saja yang mengenal dan dikenal di Jakarta. Lebih lucu lagi jika kehadirannya hanya dimaksudkan untuk menjadi “pengawas” tempat pemungutan suara. Lain halnya jika kehadirannya dimaksudkan untuk memberikan bantuan logistik.  Kehadiran ribuan kader berduit tersebut tentu sangat membantu mobilitas dan prasarana kampanye yang dibutuhkan tim pemenangan Ahok-Djarot.

Kondisi tersebut tidak perlu terjadi manakala Partai Demokrat dan tiga partai pengusung AHY-Sylviana lainnya mendukung Ahok-Djarot. Selain bisa memanfaatkan mesin partai, PDIP dan konco-konco-nya tidak perlu bingung soal “pengawasan” TPS dan dukungan di DPRD Jakarta andai Ahok-Djarot menang.

Sikap Istana  yang kembali “mempermalu” SBY, tentu akan menimbulkan ketegangan baru antara Jokowi dengan SBY.  Kita berharap ketegangan kedua tokoh itu tidak menimbulkan ekses negatif di tengah masyarakat. Semoga SBY segera menyadari “kesalahannya” dan mulai bersikap sebagai negarawan karena memang tidak selalu ada pilihan.

Salam @yb       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun