Meski masih menyisakan18 bulan, Walikota Bandung Ridwan Kamil dipastikan tidak bisa lagi sepenuhnya fokus pada urusan Kota Kembang. Hari-hari Kang Emil, demikian panggilan akrabnya, akan disibukkan dengan isu-isu Jawa Barat setelah dideklarasikan oleh Partai Nasdem sebagai calon gubernur.
Menyangkut urusan kinerja, Kang Emil masih memiliki dua tahun anggaran untuk menyelesaikan berbagai janji kampanye pemilihan walikota. Kang Emil pun sudah menegaskan dirinya tidak akan khianat, dalam arti tetap akan menyelesaikan masa jabatannya selama lima tahun karena Pilgub Jabar digelar di akhir masa jabatannya.
Tinggal masyarakat Bandung yang nanti menilai apakah sisa masa jabatannya benar-benar dimanfaatkan untuk merampungkan tugas-tugas yang telah diamanatkan atau malah sibuk memoles diri demi meraih jabatan politik yang lebih tinggi. Penanganan persoalan klasik kota besar seperti banjir dan tingkat kesejahteraan masyarakat, bisa dijadikan tolok-ukur kinerjanya.
Jika terkait masa jabatan tidak akan khianat, bagaimana dengan komitmen politiknya terhadap dua partai pengusung saat pemilihan walikota kemarin yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)? Dengan menerima pinangan Nasdem, Kang Emil seperti tengah mem-fait accompli kedua partai tersebut agar ikut mengusung dirinya. Padahal Nasdem hanya memiliki 5 kursi sehingga masih kurang 15 kursi untuk bisa mengusung pasangan calon (paslon) pada Pilkada Jabar.
Berbeda halnya jika Kang Emil mau sedikit bersabar mengikuti proses politik yang tengah berlangsung baik di Gerindra maupun PKS. Dengan jaminan 23 kursi di DPRD Jabar, Kang Emil tidak perlu lagi melobi partai lain. Apalagi, PKS tidak memiliki jago yang bisa diandalkan untuk memenangkan kontestasi politik Jabar 1 karena kadernya, Ahmad Heryawan (Aher), sudah dua periode memangku jabatan Gubernur Jabar. Jika “terpaksa” PKS akan memasang Netty Prasetiani- istri Aher, untuk level wakil gubernur, bukan gubernur.
Hal yang sama dialami Gerindra. Ketiadaan kader mumpuni, memaksa Gerindra hanya menjadi “penggembira” pada Pilgub Jabar 2013. Dukungan yang diberikan kepada pasangan Dede Yusuf – Lex Laksmana yang saat itu sudah diusung Partai Demokrat, PAN dan PKB, diyakini karena kegagalan Gerindra menyiapkan kader. Terlebih sebenarnya saat itu Partai Gerindra sudah ngebet ingin mengusung Teten Masduki, namun akhirnya batal karena Teten kemudian ditetapkan oleh PDI Perjuangan sebagai calon wakil gubernur mendampingi Rieke Dyah Pitaloka. Tidak aneh jika jauh hari sebelumnya, PKS, terutama Gerindra, berkeinginan melanjutkan koalisi mengusung Ridwan Kamil untuk Jabar 1.
Kini peta kekuatan politik di Jawa Barat berubah dratis setelah Kang Emil menerima pinangan Nasdem. Manuver dini yang dilakukan Ridwan Kamil memiliki konsekuensi yang mungkin tidak terduga, bahkan bisa menjerumuskan dirinya sehingga gagal menatap Jabar 1. Sebab pastinya PKS dan Gerindra akan berpikir ulang untuk mencalonkan karena merasa telah dikhianati. Kedua partai yang dikenal memiliki pendukung fanatik tersebut tentu tidak mau “didikte” oleh Ridwan Kamil. Apalagi elektabilitas Kang Emil juga belum menjanjikan karena masih di bawah bayang-bayang tokoh gerot seperti Wakil Gubernur Deddy Mizwar, Bupati Purwakarta yang juga Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, Rieke Dyah Pitaloka, Dede Yusuf, maupun Desy Ratnasari.
Masyarakat Jabar di daerah pinggiran seperti Pangandaran dan Cirebon, kurang familiar dengan nama Ridwan Kamil. Meski tahu nama, kebanyakan tidak mengetahui torehan prestasinya selama memimpin Bandung. Kang Emil juga bukan tokoh pujaan para penggiat budaya Sunda di daerah Sukabumi dan Bogor. Bagi yang skeptis, Ridwan Kamil hanya dianggap sebagai selebriti medsos karena aura kepemimpinannya kurang menonjol.
Deklarasi sudah digaungkan. Kini Ridwan Kamil harus segera mencari partai atau gabungan partai yang memiliki sedikitnya 15 kursi di DPRD Jabar. Jika diasumsikan PKS dan Gerindra sudah menutup pintu, maka sullit bagi Ridwan Kamil untuk mendapatkan 15 kursi tambahan. PDIP tentu tidak mau melepas Jabar dan akan bertarung habis-habisan untuk merebut Jabar 1. Selain Rieke, PDIP masih memiliki sejumlah kader yang tidak kalah berbobot sehingga kecil kemungkinan akan mengusung calon non kader. Terlebih pada kontestasi PIlgub Jabar 2018, PDIP menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung paslon tanpa koalisi.
Dari asumsi-asumsi tersebut, semoga Ridwan Kamil benar-benar konsisten untuk tidak berkhianat. Jangan sampai jabatan, apalagi anggaran Pemkot Bandung, digunakan untuk sosialisasi dirinya dalam rangka meraih Jabar 1.
salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H