Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menelisik Strategi Politik Dua Kaki Jokowi

27 Februari 2017   04:01 Diperbarui: 28 Februari 2017   18:00 8304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedua, rendahnya kepercayaan baik lawan maupun kawan. PDIP selalu curiga Jokowi main mata dengan Golkar dan Gerindra. Pada saat bersamaan Golkar, Gerindra juga Demokrat selalu curiga Jokowi berada di balik berbagai isu yang berkembang di tengah masyarakat untuk terus mengikat kawan dan lawan. Perpecahan partai hingga kasus Ahok adalah contoh beberapa isu yang dicurigai “digoreng” oleh Istana untuk tujuan tertentu. Menguatnya tudingan sebagian ulama bersikap intoleran dimanfaatkan oleh Istana untuk mempersempit ruang gerak lawan. Polisi bisa dengan tiba-tiba menjadikan ulama yang dianggap ‘membahayakan” Istana, sebagai tersangka atas dasar laporan “masyarakat”. Meski kasus yang dilaporkan terjadi lima tahun lampau, polisi bisa langsung memprosesnya seolah tidak ada kasus lain yang tengah ditangani. Hebatnya, kriminalisasi ulama- demikian istilah yang dipakai oleh sebagian ulama, justru terjadi setelah Jokowi menunjukkan sikap keberpihakkannya kepada umat Islam dengan ikut hadir dalam Aksi Bela Islam 212 di Monas dan mendengarkan tausyiah Habib Rizieq Shihab yang meledak-ledak. Fakta ini sedikit membuka mata publik jika kehadiran Jokowi dalam aksi tersebut tidak seperti yang mereka duga dan harapkan. Akibatnya, kelak manakala terjadi aksi serupa, massa mungkin akan menolak kehadiran Jokowi.

Ketiga, Jokowi menjadi pusat semua persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Kasus Ahok adalah contoh nyata bagaimana Jokowi harus berjibaku agar tidak terkena imbasnya karena sebagian kalangan meyakini ada kaitan dengan peran Jokowi. Demikian juga dalam konflik internal partai. Jokowi harus menyisihkan waktu untuk menyelesaikan urusan yang sebenarnya sepele dan bukan ranah eksekutif,   tetapi karena dikaitkan dengan dirinya sehingga isunya ke mana-mana.

Pertanyaannya, sampai kapan Jokowi mampu mengelola hal-hal semacam itu? Padahal, galibnya politik, kian mendekati pemilu, juga pilpres, masing-masing partai akan mempercantik diri untuk merebut simpati masyarakat. Itu artinya, akan semakin banyak isu-isu yang sengaja digoreng oleh para politisi untuk menaikkan citra diri dan juga partainya. Dan seperti disinggung di atas, semua isu akan langsung ditembakkan ke Istana. Sangat disayangkan jika Presiden Jokowi hanya menjadi tukang pemadan kebakaran di sisa dua tahun masa kekuasaannya.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun