Seharusnya Kemenhan tidak lagi disibukkan dengan model pertahanan konvensional semacam itu. Peperangan modern  tidak lagi membutuhkan prajurit besar layaknya peperangan abad 19.Â
Bahkan Ryamizard sendiri pernah mengatakan ancaman ke depan bukan perang fisik yang melibatkan militer dalam jumlah besar, namun proxy war yakni peperangan dengan tujuan untuk merusakkan generasi suatu bangsa melalui narkoba, LGBT, seks bebas dan adu domba.
Jika demikian, apa urgensinya  dengan pembentukan kantor pertahanan di daerah? Bukankah untuk menanggulangi proxy war yang dibutuhkan bukan pendekatan militer tetapi pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat? Â
Setujukah, Â Jenderal? Â Â
Salam @yb