Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menguji Klaim Ahok Soal Dukungan Megawati

23 Mei 2016   15:55 Diperbarui: 23 Mei 2016   21:28 4640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti berulangkali ditegaskan Ahok, pengusung dirinya temanahok, dan partai-partai yang bergabung hanya menjadi pendukung. Sehingga ketika ada partai yang ingin menjadi pendukungnya harus melalui persetujuan temanahok. Mungkinkah PDIP (baca: Megawati) mau meminta izin kepada temanahok untuk ikut menjadi pengusung Ahok?

Keempat, proses penjaringan yang dilakukan DPD PDIP Jakarta sudah memasuki tahap fit and proper test. Jika tiba-tiba PDIP mendukung Ahok, kredibilitasnya pasti hancur. Tingginya antusiasme tokoh yang mendaftar dalam penjaringan bakal calon disebabkan karena PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung calon sendiri dalam Pilgub DKI 2017. Jika kemudian PDIP tidak memanfaatkan keunggulan itu, malah hanya memilih menjadi pendukung, bukan pengusung, tentu akan menjadi tragedi politik dan pendorong deparpolisiasi yang sesungguhnya.    

Kelima, PDIP memiliki kader-kader yang diyakini mampu menyaingi elektabilitas Ahok. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bambang DH adalah contoh beberapa kader yang bisa dipoles oleh PDIP untuk menjadi penantang Ahok. Sebagai partai kader, PDIP jelas akan lebih mendorong kadernya untuk merebut jabatan politik di setiap daerah. Jika Risma keluar dari Surabaya, PDIP tetap akan bisa memegang kota itu dengan mengajukan gantinya kepada Mendagri, sebagaimana dulu Djarot menggantikan Jokowi di DKI. Apalagi wakil Risma yakni Whisnu Sakti Buana, merupakan kader PDIP, sehingga tidak akan ada masalah.  

Dari lima poin tersebut, menjadi aneh ketika Megawati memberikan dukungan pada Ahok pada Pilgub 2017 mendatang. Yang ada PDIP tetap akan mengusung calon sendiri untuk melawan Ahok. Namun jika elektabilitas Ahok dinilai terlalu tinggi, kemungkinan PDIP akan bergabung dengan Gerindra dan PKS untuk mengusung Sjafrie Sjamsoeddin. PDIP tinggal menyetorkan nama calon wakilnya antara Djarot, Bambang DH atau Boy Sadikin.

Jadi klaim Ahok dirinya didukung Megawati seperti dibaca di sini rasanya jauh panggang dari api. Entah jika itu hanya cerminan keinginan Ahok sendiri.  

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun